Artikel

Jalur Rempah 2020: Capaian Kegiatan hingga Survei Litbang Kompas

admin| 15 Desember 2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan menggelar acara bertajuk Apresiasi Karya Budaya Rempah Nusantara. Berlangsung selama dua hari di Aston Kartika Grogol, 10-11 Desember 2020, kegiatan ini diawali dengan laporan kegiatan dan highlight capaian kegiatan Jalur Rempah oleh Ketua Komite Jalur Rempah, Ananto Kusuma Seta.

Dalam paparannya, Ananto mengatakan bahwa tahun 2020 merupakan tahun awal dari perjalanan panjang program Jalur Rempah, yang diharapkan akan mendapat pengakuan dari UNESCO pada tahun 2024. Di tahun ini pula, menjadi tahun awareness dengan milestone yang dicapai, yakni memasukkan program Jalur Rempah ke dalam tentative list world heritage UNESCO. Adapun awareness yang telah dicapai, dikemas dalam digital platform, mulai dari website hingga media sosial lainnya. 

Untuk mengawali program Jalur Rempah, Ananto menjelaskan dalam laporannya, setidaknya ada tiga kegiatan utama yang usai dikerjakan, di antaranya nominasi, kampanye, dan karavan budaya. Ketiga kegiatan tersebut telah menghasilkan masing-masing capaian. Dalam kategori nominasi, misalnya, terdapat 7 kegiatan utama yang dilakukan, mulai dari 16 buku zamrud khatulistiwa, pedoman pendataan berbasis mahasiswa bekerja sama dengan Universitas Indonesia, penelusuran arsip dengan ANRI, hingga webinar internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Negeri Rempah. 

Selain itu, Festival Gau Maraja Makassar, karavan budaya Arka Kinari, Banda Spice Island Festival, Festival Pesona Jalur Rempah (Belitung Timur), dan Pentas Virtual Rekonstruksi Budaya (Pati) juga menjadi kegiatan karavan budaya yang dilaksanakan guna menambah awareness masyarakat terkait program Jalur Rempah. Terakhir, untuk meraih engagement dari lebih banyak lagi masyarakat, program Jalur Rempah di tahun 2020 juga telah menghasilkan website serta media sosial sebagai wadah informasi seputar Jalur Rempah. 

Selain laporan dari kegiatan Jalur Rempah, di acara yang sama pula terdapat paparan hasil survei Litbang Kompas terkait awareness publik tentang Jalur Rempah. Survei dilakukan di 10 provinsi dengan metodologi wawancara tatap muka dan kuisioner terhadap 600 responden. Hasil survei jalur rempah tersebut juga telah terbit di Harian Kompas, edisi Kamis, 10 Desember 2020. 

Dalam paparannya, Researcher Litbang Kompas, Putri Arum Sari, mengatakan bahwa banyak temuan menarik, namun ada pula penemuan yang menjadi catatan. Dua fakta yang menarik, pertama, Indonesia merupakan penghasil rempah keempat terbesar di dunia. Kedua, sebanyak 55% jenis rempah berada di Asia Tenggara dan dominan berada di Indonesia.

Hasil survei jalur rempah ini juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia saat ini mengasosiasikan rempah sebagai bumbu. Sebanyak 81,1%, mayoritas responden tertarik untuk mengetahui jenis rempah Nusantara. Sementara itu, berdasarkan hasil survei, lada atau merica menjadi rempah yang paling sering digunakan. Yang tak kalah menggelitik dari hasil survei tersebut, sebagian besar responden menjawab Chef Juna (23%) sebagai Duta Rempah Indonesia, disusul Raffi Ahmad (8%) dan Chef Renata (8%). Hal ini membuktikan bahwa public figure yang diharapkan masyarakat menjadi duta rempah, mayoritas memiliki latar belakang sebagai chef

Namun, yang menjadi catatan, masih diperlukan sosialisasi terkait program Jalur Rempah, dengan dimulai dari level terkecil tingkat keluarga. Putri menambahkan, fokus penguatan Jalur Rempah sebaiknya dimulai dari daerah, bukan dari pusat. Hal ini dikarenakan sumber-sumber rempah Nusantara lebih banyak berasal dari daerah. 

Turut hadir secara daring melalui aplikasi Zoom, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan bahwa Jalur Rempah bukan bicara tentang masa lalu, namun bicara soal masa depan, dengan cara memanfaatkan dan mengelola keanekaragaman Nusantara yang begitu hebat demi kemakmuran. Ia juga berharap bahwa dengan adanya program Jalur Rempah ini, masyarakat Indonesia menemukan kembali kekuatan, pengetahuan sejarah, kearifan lokal, serta kekayaan Nusantara secara utuh demi masa depan yang lebih baik, adil, manusiawi, dan lestari. 

 

Naskah: Tiya S.

Foto: Raditya M. Fadilla

Bagikan:

Artikel Populer

Pulau Ternate, Kota Dagang & Titik Temu Pedagang Nusantara dan Asing

21 Oktober 2020

Bahas Pemajuan Kebudayaan, Muhibah Budaya Jalur Rempah Pertemukan Empat Kesultanan Maluku Kie Raha di KRI Dewaruci

18 Juni 2022

Situs Cagar Budaya, Jejak Peninggalan Jalur Rempah di Kota Tua Padang

7 Maret 2023

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Situs Cagar Budaya, Jejak Peninggalan Jalur Rempah di Kota Tua Padang

Utari Akhir Gusti

7 Maret 2023

...

Satuan Bahar, Barter, dan Bukti Perdagangan Rempah yang Kosmopolit di Abad 16

Amos

8 November 2022

...

Menara Syahbandar Sleko: Menara Pengawas Jalur Perdagangan di Semarang

Osy Siswi Utami

21 Maret 2023