Artikel

Sejarah Ambon dan Hitu, Jejak Jalur Rempah di Maluku

admin| 19 Oktober 2020

Ambon merupakan sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Maluku.  Saat ini, kita mengenal Pulau Ambon yang merupakan ibu kota dari provinsi Maluku. Maluku sendiri dikenal dengan karakteristik geomorfologi yang sama, yaitu didominasi oleh pegunungan. Dalam catatan etnografis Suma Oriental, catatan perjalanan seorang asal Portugis, Tomé Pires, melukiskan tentang Kepulauan Maluku (Ambon, Ternate, dan Banda) sebagai the spice islands atau kepulauan rempah.

Pernyataan tersebut memang tepat karena wilayah Maluku memang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, terutama cengkeh, pala, dan bunga pala. Untuk cengkeh sendiri, tanaman asli dari Ternate dan Tidore ini sudah melanglang buana dan telah digunakan berabad-abad lalu. Harganya juga pernah melebihi harga emas karena begitu sulitnya rempah ini didapat oleh bangsa lain. Hal yang sekaligus membuat banyak pedagang asing dari berbagai belahan dunia datang ke Maluku dan memulai rute perdagangan yang kita ketahui sebagai Jalur Rempah.

Jejak-jejak Jalur Rempah di Kepulauan Maluku sendiri dapat kita lihat dari catatan sejarah pada abad ke-14, di mana Pelabuhan Hitu sudah ramai dan didatangi para pedagang Nusantara. Hal ini terjadi karena Pelabuhan Hitu merupakan daerah lalu lintas perdagangan cengkeh yang dilakukan oleh orang Banda menuju utara dan sebaliknya. Situasi ini memperlihatkan bahwa Hitu merupakan jaringan pelabuhan untuk transitnya para pedagang, yang mana pengaruhnya mampu menciptakan kemunculan pedagang-pedagang lokal dari jazirah Leihitu dan Huamual di Pulau Seram.

Berkembangnya kerajaan Islam di Hitu, yakni Kerajaan Tanah Hitu, juga tak lepas dari rute perdagangan dan Jalur Rempah yang mendatangkan para pedagang sekaligus pendakwah. Hal ini juga sekaligus membuat Pelabuhan Hitu menjadi multi-etnis. Adanya pemukiman orang Jawa di Hitu juga merupakan sebab dari rempah cengkeh yang menjadi salah satu komoditi perdagangan. 

Ini juga persis yang dialami sejarah Ambon sebelum kedatangan orang Portugis, di mana pelabuhan mereka telah menjadi titik pusat perdagangan. Tidak hanya rempah-rempah domestik, seperti buah pala dan bunga pala. Cengkeh juga dikumpulkan untuk dijual kepada para pedagang asing yang datang ke Banda dari tempat-tempat dari dalam maupun dari luar Nusantara.

Pada paruh pertama abad ke-16, penanaman cengkeh mulai ada dalam sejarah Ambon dan kepulauan Seram. Perluasan penanaman cengkeh ini juga didorong oleh permintaan yang pesat dari Portugis. Jejaknya hingga hari pun masih bisa kita lihat dari cagar budaya berupa Benteng Victoria yang berada di tengah kota Ambon

Pada perkembangan selanjutnya, yakni di awal abad ke-17, Pelabuhan Ambon ini dipergunakan VOC sebagai pelabuhan transit sebelum mereka tiba di Banda, atau mereka yang ingin kembali ke Batavia. Pelabuhan Ambon digunakan sebagai transit serta alih muatan. Selain itu, Pelabuhan Ambon juga turut dijadikan VOC sebagai pusat pengawasan agar kapal-kapal lokal menghindari pelabuhan sekitar Ambon dan Hitu.

Dari sini kita dapat melihat bahwa masuknya keyakinan baru, adanya komunitas suku dari pulau jauh, hingga berdirinya cagar budaya tak bisa dilepaskan begitu saja dari Jalur Rempah. Sebuah rute pelayaran niaga yang membentuk Indonesia dengan begitu bhineka hari ini.

 

__________

Sumber:

Razif & M. Fauzi. 2017. Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Adat Abad X-XVI: Kepulauan Banda, Jambi dan Pantai Utara Jawa. Direktorat Sejarah.

__________

Naskah & Editor: Doni Ahmadi

Sumber gambar: Johannes Vingboons. 1665. Peta Pulau Ambon. Atlas of Mutual Heritage dan Nationaal Archief.

Bagikan:

Artikel Populer

Pelabuhan Malaka: Pengaruh Angin, Komoditas Perdagangan, dan Kebijakan Penguasa

15 Desember 2022

Laskar Rempah Pelajari Pelestarian Tenun dan Pentingnya Pohon Cendana

26 Juni 2022

Revitalisasi Ekonomi Politik Jalur Rempah Maritim

7 Februari 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Revitalisasi Ekonomi Politik Jalur Rempah Maritim

admin

7 Februari 2022

...

Arka Kinari: Sejarah Kapal, Titik Pelayaran, & Jadwal di Jalur Rempah

admin

2 Oktober 2020

...

Benteng Nassau: Kisah dan Jejak Perdagangan Rempah di Maluku

admin

1 November 2020