Artikel

Cagar Budaya di Pati: Sejarah Akulturasi dan Jejak Perdagangan Rempah

admin| 18 April 2021

Pati, merupakan sebuah kabupaten di wilayah Jawa Tengah, ia berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa di sebelah utara serta Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora di sebelah selatan. Nasi Gandul dan Batik Bakaran, adalah dua dari beberapa hal yang paling identik dengan Pati. Namun, Pati bukan hanya terkenal karena memiliki dua hal ini saja, begitu banyak daya tarik lainnya dari kota yang pernah terkenal sebagai titik Jalur Rempah Nusantara di masa lalu. 

Letak geografis Pati yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa sangat berpengaruh terhadap sejarah kabupaten ini. Tak diragukan bahwa Pati meninggalkan berbagai jejak masa lalu sebagai salah satu tempat yang berpengaruh dalam perdagangan rempah dan hasil bumi lainnya di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. 

Ramainya aktivitas dagang di pesisir utara Pulau Jawa membuat salah satu pelabuhan di Pati, Pelabuhan Juwana, dikenal luas, setidaknya sejak abad ke-16 M. Pelabuhan ini merupakan titik penting dalam perdagangan rempah di pesisir utara Jawa karena menjadi penghubung antar titik pusat rempah Nusantara dan karena menyediakan kapal dagang, kapal sewa hingga menjadi galangan kapal terbaik. 

Pelabuhan ini terletak di kota Juwana—yang sekarang merupakan kecamatan Juwana dan menjadi bagian dari Kabupaten Pati. Bertempat di sungai Juwana, yang dalam sejarahnya pernah menjadi selat antara Pulau Jawa dan Gunung Muria, di mana pada masa lampau terpisah dari Pulau Jawa. Pelabuhan ini sudah berdiri sejak sungai Juwana masih berbentuk selat, ketika pedagang Tionghoa datang dan menguasai daerah ini. 

Sampai saat ini Pelabuhan Juwana masih ramai dan penuh dengan kapal-kapal nelayan yang berlabuh dan sebagai tempat bagi nelayan untuk menyortir ikan-ikan tangkapan mereka. Selain itu, di wilayah Pati ini kita juga bisa melihat jejak-jejak akulturasi warisan bangsa Tiongkok dan kerajaan kuno Nusantara melalui bangunan dan benda yang telah didaftarkan maupun ditetapkan sebagai cagar budaya.

Klenteng Tjoe Tik Bio

Bangsa Tiongkok memang memiliki andil besar terkait keberadaan Pelabuhan Juwana. Pasalnya, ketika Gunung Muria masih terpisah dari Pulau Jawa dan Sungai Juwana masih berbentuk selat, orang-orang Tionghoa telah melihat potensi dalam hal perdagangan di wilayah ini. Mereka pun mendirikan pelabuhan dan lambat laun mendirikan tempat tinggal di sekitarnya.

Di samping kaitannya dengan Pelabuhan Juwana, jejak bangsa Tiongkok di Pati bisa kita lihat melalui tiga klenteng yang ada di kawasan pecinan Juwana. Salah satunya yaitu Klenteng Tjoe Tik Bio yang merupakan cagar budaya di Pati. Klenteng ini dibangun oleh orang-orang Tionghoa yang melarikan diri dari peristiwa Geger Pecinan di Batavia yang terjadi pada tahun 1740. Dari tutur lisan masyarakat sekitar, klenteng yang dibangun untuk menghormati Dewi Kwan Im ini didirikan pada tahun 1870, sedangkan bukti pada enkripsi papan nama dan puisi yang tergantung di pintu-pintu klenteng paling tua bertarikh 1875. 

Saat ini, selain sebagai tempat peribadatan, tak jarang pula Klenteng Tjoe Tik Bio dikunjungi baik oleh wisatawan maupun pelajar yang ingin melihat warisan bangsa Tiongkok di Pati.

 

kabupaten pati, jalur rempah

Tugu bandeng raksasa menjadi ikon sekaligus identitas dari kota yang dijuluki sebagai Pati Bumi Mina Tani.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Galangan kapal Juwana, galangan kapal terbaik pada masa lalu dan masih aktif hingga sekarang.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Pelabuhan Juwana yang merupakan pintu masuk perdagangan rempah di Pati.

 

Narasi Jalur Rempah hadir dalam seni pertunjukan ketoprak.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Nasi gandul menjadi salah satu makanan khas kota Pati yang kaya akan rempah.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Proses pembuatan Batik Bakaran, batik yang menjadi ciri khas kota Pati.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Identik dengan warna-warna gelap, dalam motif Batik Bakaran, terdapat pengaruh dari Kerajaan Majapahit.

 

sejarah kota pati, jalur rempah

Pintu Majapahit menjadi salah satu jejak Jalur Rempah di kota Pati.

 

Cagar budaya Benteng Portugis yang pada masa lampau berfungsi sebagai pusat pertahanan dari ancaman VOC.

 

Bangunan Polsek Juwana 

Bangunan polsek Juwana terletak tepat di seberang rumah makan legendaris di Juwana, yaitu Warung Makan Sederhana Bu Marni (Spesial Kepala Ikan Manyung) yang tak pernah sepi pengunjung. Masih mempertahankan keaslian bangunannya dengan arsitektur kuno di atapnya, Polsek Juwana semula merupakan kediaman seorang Letnan beretnis Tionghoa bernama Go Tat Thiong. 

Diceritakan bahwa bangunan ini juga sempat beralih fungsi menjadi markas polisi rahasia Kempetai Jepang ketika mereka menduduki Juwana, dan baru difungsikan sebagai kantor polisi setelah Indonesia merdeka, hingga saat ini. 

Pintu Majapahit

Pusat pemerintahan Majapahit di masa lalu memang selalu berpindah-pindah dan tak ada catatan yang menunjukkan Pati sebagai salah satunya. Meskipun begitu, hal yang perlu digaris bawahi adalah Majapahit merupakan sebuah kerajaan besar di Nusantara yang juga memegang peran penting dalam perdagangan. 

Hal ini tak mengherankan karena selain diketahui sebagai kerajaan agraris, Majapahit juga merupakan kerajaan maritim yang posisinya ada di tengah jalur pelayaran Nusantara, berada antara timur dan barat. Rempah-rempah merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan ketika kerajaan ini berjaya, dan menjadi keniscayaan bagi kerajaan ini untuk tidak berusaha menguasai pelabuhan-pelabuhannya di pantai utara Jawa, terlebih dengan ambisi Majapahit yang berusaha mendominasi perdagangan. 

Pintu yang saat ini berdiri di balik instalasi kaca dan dilindungi pagar yang dibangun mengelilinginya berada di Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo. Pintu Majapahit ini adalah salah satu saksi penting dari kejayaan Nusantara di masa lalu yang saat ini bisa kita temukan di Pati dan telah terverifikasi sebagai cagar budaya sejak bulan April 2018. 

Bangunan-bangunan cagar budaya yang memiliki nilai historis serta pertautan budaya yang hingga kini masih ada di Pati merupakan sebuah bentuk warisan akulturasi dari masa lampau dan menjadikan pluralisme begitu dijunjung oleh masyarakat yang tinggal dan hidup bersamanya. Kejayaan kota ini di masa lampau pun masih terlihat jelas jejaknya dari bangunan dan berbagai cagar budaya hingga situs-situs sejarah lainnya yang tersebar di kota ini.

 

Sumber:


Andi T. 2017. Perubahan Morfologi Pemukiman Pecinan (Studi Kasus: Kauman, Juwana Kabupaten Pati). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Teknik. Universitas Islam Sultan Agung: Semarang. 

Berkala Arkeologi vol. 29, no. 2, 2009, p. 11. ResearchGate. Diakses pada 8 Maret 2021. 

patikab.go.id. (2018, 9 Maret). Kondisi Geografis. Diakses pada 2 Maret 2021 dari https://www.patikab.go.id/v2/id/kondisi-geografis/

Utomo, Bambag Budi. “Majapahit dalam Lintas Pelayaran dan Perdagangan Nusantara”. 


Naskah: Dhiani Probhosiwi

Editor: Doni Ahmadi

Bagikan:

Artikel Populer

Belitung Timur dan Jalur Rempah, Dari Masa Lalu sampai Masa Kini

21 Februari 2021

Menara Syahbandar Sleko: Menara Pengawas Jalur Perdagangan di Semarang

21 Maret 2023

Pulau Onrust: Bengkel, Pemukiman, dan Orang Sakit

27 Desember 2020

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Pulau Onrust: Bengkel, Pemukiman, dan Orang Sakit

admin

27 Desember 2020

...

Kehangatan Rempah, Jembatan Akulturasi Budaya

admin

12 April 2022

...

Dorong Semangat Gotong Royong, Kemendikbudristek Gandeng Lintas Sektor Sukseskan Muhibah Budaya Jalur Rempah

admin

11 Juni 2022