Artikel

Kota Makassar: Beras dan Bandar Rempah Terbesar Asia Tenggara

admin| 14 Oktober 2020

Kota Makassar – Dengan mengandalkan beras yang merupakan komoditi terbesar, Makassar bertransformasi menjadi Bandar perniagaan rempah terbesar di Asia Tenggara. Beras yang dihasilkan Makassar ini menjadi alat tukar utama mereka untuk mendapatkan rempah-rempah dari tanah asalnya.

Selain itu, alasan lain yang membuat Makassar menjadi komoditi rempah terbesar ini juga dipengaruhi oleh banyak hal. Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Makassar pada Rabu, (7/10) lalu, Dr. Abd. Rahman Hamid M.Si, seorang dosen dan peneliti sejarah Makassar, mengungkapkan hal tersebut dalam pemaparannya. Di antaranya: letak Makassar yang strategis dalam jalur pelayaran Nusantara, pengadaan Syahbandar, pengalihan penduduk dan perdagangan dari pelabuhan sekitar ke Makassar, hingga hubungan dagang pelaut Makassar dengan Jawa yang sudah terbentuk lama sebagaimana tercatat dalam Nagarakretagama (1365).

Hal ini pun dapat terjadi berkat fondasi kebangkitan Makassar yang menurut Rahman Hamid dimulai dari pemindahan pusat pemerintahan dari bukit Tamalate ke sekitar muara Sungai Je’neberang (Somba Opu). Selain itu, menyatunya dua kerajaan Gowa dan Tallo hingga penguasaan titik-titik jalur rempah seperti Selayar, Buton, Kep. Sula hingga daerah produksi beras seperti Bima, Dompu, Sumbawa hingga Tambora. 

Selain itu Makassar juga titik strategis yang menjadikannya satu penghubung antara dua kutub ekonomi Asia Tenggara, yakni antara Maluku sebagai penghasil rempah dan Malaka sebagai pusat dagang utama di barat nusantara. Hingga pada akhirnya membuat Makassar menjadi kota pelabuhan yang bebas dan mendapat istilah sebagai pelabuhan internasional, karena begitu banyak negara asing yang membangun loji dan komoditas dagang mereka di sini. Setidaknya terdapat beberapa bangsa asing dari Melayu, Portugis, Belanda, Inggris, Spanyol, Denmark, Cina, dan India.

Menurut Rahman Hamid, hal ini pun tak ayal menciptakan suatu persilangan budaya, misalnya sistem Samatula dan hubungan lintas budaya. Terjadinya moderasi beragama, tumbuhnya gairah pengetahuan yang membuat salah satu raja Tallo, Karaeng Pattingalloang mampu menguasai banyak bahasa, hingga terbentuknya Undang-undang Pelayaran dan Perniagaan Amanna Gappa.

Dari fakta-fakta berikut, sejatinya kita dapat mengetahui bahwa rempah tidak hanya sebagai komoditas belaka, ia juga turut membawa nilai-nilai budaya, pengetahuan, bahasa, agama dan banyak lagi.

 

________

Sumber:

Wawancara Eksklusif Dr. Abd Rahman Hamid M.Si

________

Naskah & Editor: Doni Ahmadi

Bagikan:

Artikel Populer

Laskar Rempah Mengenal Cengkeh sebagai Tanaman Budidaya dan Budaya

16 Juni 2022

Pelabuhan Canggu Mojokerto Jawa Timur dan Peran Sungai Brantas Era Jalur Rempah pada Abad X-XIII

8 April 2022

Pulau Ternate, Kota Dagang & Titik Temu Pedagang Nusantara dan Asing

21 Oktober 2020

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Pulau Ternate, Kota Dagang & Titik Temu Pedagang Nusantara dan Asing

admin

21 Oktober 2020

...

Jalur Rempah: Memuliakan Masa Lalu untuk Kesejahteraan Masa Depan

admin

19 Maret 2021

...

Jangkar dan Meriam Kuno: Jejak Jalur Rempah di Kepulauan Selayar

admin

10 Oktober 2020