Artikel

Pesona dan Kisah Rempah-rempah di Negeri Laskar Pelangi

admin| 22 Desember 2020

Masyarakat saat ini mengenal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya wilayah Belitung Timur dengan film populer “Laskar Pelangi”. Keindahan alam, persahabatan, juga pertambangan timah menjadi beberapa hal yang berkaitan dengan cerita Ikal dan kawan-kawan. Namun, siapa sangka, selain terkenal dengan timah putih, wilayah yang disebut negeri Laskar Pelangi ini juga terkenal dengan lada putih (Piper nigrum) serta memiliki peran penting dalam lalu lintas perdagangan Jalur Rempah

Feeder Points dari Kedatuan Sriwijaya

Tidak hanya pesona lada putih dan rempaBelitung Timur juga menyimpan jejak Jalur Rempah di masa lampau. Adalah Kota Kapur yang menjadi penanda bahwa narasi lalu lintas pelayaran Jalur Rempah melalui wilayah Bangka Belitung. Kota Kapur merupakan pemukiman yang dikelilingi benteng tanah liat, yang di dalamnya ditemukan bekas-bekas pemukiman kuno penduduk asli, jauh sebelum Prasasti Sriwijaya. 

Dalam temuan itu, ditemukan juga candi-candi, arca-arca Wisnu, sisa-sisa gerabah dari bekas pemukiman kuno, keramik Tiongkok, benteng tanah, alur Sungai Kupang, fragmen papan perahu, dan emas. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Kapur terjadi persinggungan budaya dengan bangsa asing, seperti India dan Tiongkok. 

Selain Situs Kota Kapur, terdapat beberapa situs lainnya, seperti Situs Batu Hitam di Selat Gaspar, di mana ditemukannya kapal tenggelam, keramik era Dinasti Tang, timah pemberat, getah damar dari Sumatera. Lalu, ada Situs Gelasa di Selat Gelasa, tempat ditemukannya kapal dari abad ke-19 yang sedang menuju ke Indonesia dan menabrak karang. Wilayah ini adalah jalur pelayaran penting bagi kapal sekaligus berbahaya karena terdapat karang-karang yang bisa menyebabkan kecelakaan. Selain itu, ada pula Situs Batumandi yang juga terletak di Selat Gelasa. Di sinilah ditemukan jenis kapal yang masih menggunakan tiang-tiang tinggi dan dilengkapi layar cadangan. Kapal-kapal ini diduga dimiliki oleh pihak asing yang melakukan pelayaran pada masa sebelum kemerdekaan.

Apabila kita menarik sejarah, Kota Kapur merupakan 1 dari 14 kota dagang dan sekaligus sebagai feeder points atau pelabuhan pengumpul dari Kedatuan Sriwijaya. Kedatuan Sriwijaya melakukan kegiatan ekspor berupa rempah-rempah, lada, timah, pinang, gaharu, kayu wangi, yang mana beberapa di antaranya banyak ditemui di Bangka Belitung. Hal ini dibuktikan dengan temuan arkeologis pada abad ke-5 berupa sisa-sisa kepingan perahu dan dermaga. 

Selain itu, dalam Prasasti Kota Kapur pada abad ke-10, mempertegas bahwa Kota Kapur merupakan mandala atau pelabuhan pengumpul dari Sriwijaya dengan adanya raja kecil di Kota Kapur. Prasasti tersebut ditemukan di Desa Penagan, Mendo Barat, Bangka Belitung, dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.

Rempa bagi Melayu Belitong

Di masyarakat Belitung Timur terdapat istilah yang dikenal dengan semahal lada atau semahal sahang. Sahang (lada berbulir besar) telah menjadi bagian dari masyarakat setempat, termasuk tradisi di Belitung Timur yang sering kali dikaitkan dengan panen lada. Sahang yang berarti sengsara karena dalam penanaman lada acapkali prosesnya sangat berat, mulai dari membuka lahan, memanen, hingga menjual lada. Di sisi lain, lada juga membawa kemakmuran bagi masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan. 

Rempa atau rempak, begitu masyarakat Belitung Timur menyebut rempah yang telah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Tidak hanya sebagai bumbu untuk memperkaya cita rasa masakan sebagai bentuk akulturasi budaya, rempah juga digunakan oleh masyarakat Melayu Belitong dalam berbagai upacara adat. Salah satu jenis rempah yang digunakan dalam upacara masyarakat di Belitung Timur adalah kunyit yang memiliki makna emas yang terurai. Jenis rempah ini hampir digunakan dalam setiap prosesi perdukunan, seperti upacara Maras Taun. Upacara Maras Taun dipimpin oleh tokoh adat yang bernama Mak Panggong yang berperan untuk memimpin dan mengumpulkan makanan, melakukan ritual dan memberikan doa-doa. Dalam menyiapkan ritual upacara, Mak Panggong dibantu oleh para ibu setempat untuk mengumpulkan rempah-rempah.

Tidak hanya kunyit, jenis rempah lain, seperti kayu manis, serai wangi, dan daun pandan juga digunakan oleh masyarakat Belitung Timur dalam tradisi Betangas. Tradisi ini merupakan mandi dari uap yang berasal dari berbagai rempah yang bertujuan untuk mengharumkan badan, mengeluarkan racun dari keringat, dan memberikan efek psikologis, seperti senang atau bahagia. Selain itu, ada juga penggunaan rempah sebagai obat tradisional atau herbal yang disebut sebagai Ubat Kampong yang diracik dengan rempah atau bahan lainnya.

 

Sumber:


Webinar Budaya Rempah di Tanah Timah, 14 Agustus 2020, YouTube Budaya Saya.


Naskah: Putri A.F 

Editor: Tiya S.

Bagikan:

Artikel Populer

Padang Hari Ini, Jejak Kejayaan dan Interaksi Berbagai Bangsa di Sumatera Barat

27 Juni 2021

Aksara Lontara & Hukum Amanna Gappa: Jejak Jalur Rempah Makassar

15 Oktober 2020

Muhibah Budaya Jalur Rempah Mantapkan Rencana Pemda Ternate Bangun Pusat Studi dan Riset Rempah

14 Juni 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Muhibah Budaya Jalur Rempah Mantapkan Rencana Pemda Ternate Bangun Pusat Studi dan Riset Rempah

admin

14 Juni 2022

...

Jejak Perdagangan Lada di Sungai-Sungai Palembang di Masa Lalu

Nanda Julian Utama

31 Maret 2023

...

Gong Nekara Selayar, Jejak Jalur Rempah di Masa Lampau

admin

11 Oktober 2020