Artikel

Pulau Onrust: Bengkel, Pemukiman, dan Orang Sakit

admin| 27 Desember 2020

Sesuai namanya, Onrust tidak pernah beristirahat. Kapal-kapal sering parkir di sini, sehingga tak jarang Onrust juga disebut sebagai pulau kapal oleh penduduk setempat. Seiring perkembangan, peruntukan pulau ini juga berganti-ganti.” 

Di bagian utara Jakarta, kurang lebih 14 kilometer, terdapat sebuah gugusan pulau. Pulau-pulau yang masih menjadi bagian dari Kepulauan Seribu itu bernama Cipir (Kuiper), Kelor (Kerkhof), Sakit (Purmerend), Edam, dan Onrust. Gugusan ini berfungsi secara terbatas pada abad ke-18-19, yang menjadi pengecualian adalah Onrust, pulau ini sudah ramai sejak abad ke-17.

Perkembangan di Pulau Onrust mulai terjadi antara tahun 1644 sampai 1772. Di tahun-tahun tersebut, VOC gencar membangun berbagai infrastruktur yang menunjang aktivitas mereka, baik untuk perdagangan, diplomasi, hingga kolonisasi. Pada tahun 1656, sebuah benteng dibangun untuk menghadang serangan dari Kerajaan Banten. Enam tahun setelahnya, benteng ini diperkokoh dengan dua buah selekoh (bastion) baru, yakni Beekhuis dan Towpunt untuk menghadapi gempuran dari Prancis.

Pada 1668, sebuah galangan dibangun di bagian barat daya pulau ini. Dibantu dua buah derek yang dibangun di tempat yang sama, galangan ini digunakan untuk mendaratkan kapal. Selain itu, sebuah dermaga kayu juga dikonstruksi agar kapal-kapal besar juga bisa bersandar ke pulau ini. Gudang-gudang penyimpanan untuk keperluan ekspor pun mulai bermunculan. Mulai dari lada, timah, kopi, gula, sayuran, barang-barang kelontong, dan beras sudah tersedia di gudang-gudang tersebut.

Pulau ini juga dikenal sebagai bengkel kapal terbaik pada masanya. Berbagai bangsa datang ke Onrust untuk mereparasi kapal-kapalnya sebelum melanjutkan perjalanan. Fungsinya mirip seperti Kota Water 7 dalam serial manga terkenal karangan Eiichiro Oda, One Piece. James T. Cook memuji pulau ini sebagai yang terbaik di seluruh Wilayah Timur. Kapal Cook sendiri, Endeavor, diperbaiki pada 1770 ketika ia bersama krunya sedang mengarungi lautan.

Sayangnya, pada 1803 dan 1806, Pulau Onrust dua kali digempur oleh Inggris. Banyak bangunan hancur karena serangan ini. Sampai 1824, pulau ini sempat ditelantarkan oleh Belanda. Barulah pada pada Van Der Capellen, Pulau Onrust kembali dibangun.

Pembangunan di Onrust terus tumbuh pesat dengan dipulihkannya fungsi pelabuhan pada 1848. Tempat tinggal untuk orang Belanda pun semakin bertambah banyak. Gereja juga bisa ditemukan di Onrust kala itu. Hal ini juga berdampak pada sedikitnya lahan kosong di pulau tersebut. Bahkan pulau yang awalnya berfungsi sebagai bengkel, mulai kehilangan bengkelnya satu demi satu. Dermaga kayu mulai disulap dengan batu bata. Di tahun ini, Onrust menjadi tempat kecil yang penuh kesibukan.

Pada 1911 pulau Onrust dibangun kembali. Lagi-lagi pulau ini beralih fungsi. Pada pembanguan tahun ini, pulau tersebut bertransformasi menjadi tempat karantina orang-orang yang sakit lepra. Ia seperti beberapa pulau di sekitar Batam yang sempat menjadi tempat pengasingan orang-orang yang terdampak covid 19 di masa-masa awal.

Sebagai tempat karantina, berbagai fasilitas penunjang turut dibangun. Mulai dari rumah dokter, rumah bidang, gudang, kantor, hingga barak dibangun agar fasilitas karantina ini bisa berfungsi maksimal. Namun riwayat Onrust sebagai tempat karantina tak bertahan lama dan sejak 1939, Onrust mulai dilupakan.

Sampai sekarang, Onrust tak ayalnya sebagai Jurassic Park yang hanya menyisakan puing-puing. Bekas bangunan tua terhampar di sana-sini, menguak memori tentang kehidupan manusia di Pulau Onrust yang selalu berubah-ubah. Pemerintah daerah menjadikan Pulau Onrust sebagai museum dan membuat riwayatnya masih bisa kita dengar sampai sekarang.

 

__________

Sumber:

Geofano Dharmaputra, 1995, “Bengkel Kapal dan Pemukiman di Pulau Onrust” dalam R.Z Leirissa (editor), Sunda Kelapa sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi. (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional), 1-15.

ASJ Heuken, 1980, Historical Sites in Jakarta. (Jakarta: Cipta Loka).

F. de Haan, 1935, Oud Batavia. (Batavia: Kolff).

JW Heydt, 1744, Allemeuster Geografisch und Topograpischter Sclwuplatz von Afrika und Ost-lndien. (Willhermsdorff: Johan Carl Tetschner).

__________

Ditulis oleh Endi Aulia Garadian

Editor: Doni Ahmadi

Bagikan:

Artikel Populer

Annyorong Lopi: Tradisi Peluncuran Perahu sebagai Upaya Revitalisasi dan Rekonstruksi Jalur Rempah di Kabupaten Bulukumba

19 April 2022

Minyak Kemiri, Materi Dasar Pewarnaan Kain Tenun Gringsing

8 Agustus 2021

Nelayan dan Perahunya di Pantai Utara Jawa

21 April 2023

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Nelayan dan Perahunya di Pantai Utara Jawa

Yogi Susatyo

21 April 2023

...

Rempah Gulai Kambing Mas Wis, Bercita Rasa Khas Bali

admin

25 April 2022

...

Raja Ampat Papua, Penghasil Rempah Pala di Luar Maluku

admin

23 Oktober 2020