Benteng Oranje di Ternate dan Perannya dalam Sejarah
admin
16 Februari 2022
Sebagai wilayah penghasil cengkeh utama di dunia, Maluku Utara merupakan daerah yang sering didatangi penjelajah dunia, terutama bangsa-bangsa dari Eropa. Tidak puas dengan hanya berdagang, mereka ingin menguasai sumber daya itu sendiri. Berbagai benteng-benteng dibangun untuk mengukuhkan wilayah kekuasaan mereka. Salah satunya adalah Benteng Oranje.
Tempat yang menjadi Benteng Oranje sebelumnya merupakan tempat yang terbengkalai bernama Benteng Melayu milik Sultan Ternate. Sultan Ternate menghadiahi benteng tersebut kepada VOC, setelah VOC berhasil mengusir bangsa Spanyol dari Ternate. Bersamaan dengan itu, VOC juga mendapat izin dari Sultan Ternate untuk memonopoli perdagangan cengkeh di wilayahnya. Oleh seorang Laksamana bernama François Wittert, Benteng Melayu dibenahi dan diganti namanya menjadi Benteng Oranje pada tahun 1605.
Benteng Oranje juga menjadi situs peristiwa dalam sejarah. Gubernur-Jenderal pertama Hindia Belanda, Pieter Both, pernah menggunakan benteng tersebut untuk berunding dengan Sultan Mudaffar dari Ternate setelah perusahaan VOC menetapkan wilayah Maluku Utara sebagai lokasi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang telah mereka dirikan. Selain itu, Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badarudin II dari Palembang dan keluarganya pernah diasingkan di Benteng Oranje pada tahun 1822, setelah perjuangan panjangnya dalam membebaskan tanah Palembang dari tangan Belanda, sampai akhir hayatnya di mana beliau dimakamkan tidak jauh dari Benteng Oranje.
_________
Sumber:
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. “Benteng Oranje” diakses melalui http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2017090800371/benteng-oranje pada tanggal 8 Februari 2022
Sumber gambar:
Koleksi Tropenmuseum
BPCB Maluku Utara
RaymondSutanto/Wikimedia
FridusSteijlen/Univesitas Leiden
Benteng Oranje di Ternate dibangun di bekas Benteng Melayu milik Sultan Ternate. Saat itu Sultan Ternate menghadiahi lokasi bekas benteng tersebut kepada VOC