Sate Bandeng: Makanan Para Sultan Banten

admin

6 Oktober 2021

Ikan bandeng siap dibakar

Menyiapkan ikan bandeng

Proses pembakaran bandeng

Melumuri ikan dengan adonan campuran santan dan daging ikan

Ikan yang sudah dilumuri kembali dibakar

Dapur salah satu produsen Sate Bandeng ternama di Banten

Sate Bandeng yang sudah selesai dibakar

Sate Bandeng merupakan salah satu kuliner khas Banten. Makanan yang merupakan perpaduan daging ikan bandeng, santan, dan rempah-rempah ini, diketahui sudah ada sejak era sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanuddin, pada 1552-1570.

Menurut cerita, makanan khas ini bermula ketika Sang Sultan ingin memakan ikan bandeng. Koki kerajaan kebingungan lantaran ikan ini memiliki banyak duri halus dan berbahaya jika diolah secara langsung seperti dibakar atau dikukus untuk Sultan maupun petinggi-petinggi kesultanan. Akhirnya koki tersebut berinisiatif untuk menghancurkan daging dari ikan dan menarik tulang dan duri-durinya terlebih dahulu, lalu daging ikan bandeng dihaluskan dan disaring untuk memisahkan tulang dan duri yang keras. Daging yang sudah halus inilah yang campur dengan rempah sebagai adonan sebelum dimasukan ke bambu dan dibakar hingga matang.

Hidangan baru ini tak dinyana disukai oleh sultan dan petinggi lainnya. Akhirnya sate bandeng yang mirip dengan sate lilit ini menjadi salah satu makanan wajib masyarakat Banten kala itu dan terus diturunkan hingga sekarang.

Seiring dengan berjalannya waktu, sate bandeng ini tidak lagi hanya disantap oleh keluarga bangsawan saja. Masyarakat umum juga mulai membuatnya untuk santapan sehari-hari, juga dipasarkan sebagai oleh-oleh untuk wisatawan yang datang ke Serang atau kawasan pesisir di Provinsi Banten.

Saat ini industri sate bandeng di Serang sudah berkembang dengan pesat. Ada puluhan toko atau kedai yang menyajikan olahan ikan ini secara langsung di tempat atau untuk dibawa pulang.
 

Sumber foto: Dokumentasi Tim Redaksi Jalur Rempah

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio