Pengaruh Bangsa Asing dalam Kriya dan Wastra Betawi

admin

13 Januari 2022

Jakarta memang dikenal sebagai kota metropolitan, tetapi kita juga tidak boleh lupa bahwa Jakarta juga dikenal sebagai Tanah Betawi yang memiliki ragam bentuk budaya. Budaya masyarakat Betawi tidak terlepas dari perdagangan rempah yang mendatangkan berbagai bangsa asing ke Nusantara, di antaranya bangsa Arab dan Tiongkok. Kedatangan bangsa asing melahirkan akulturasi termasuk dalam kehidupan masyarakat Betawi, seperti pada kriya dan wastra yang masih dapat kita temui hingga hari ini.

Seperti slogan yang sering kita dengar, yaitu Betawi punye gaye, ada beberapa setelan baju adat yang memiliki sejarah panjang dan merupakan bentuk perpaduan berbagai budaya. Baju pangsi, baju sadariah, hingga kebaya encim merupakan beberapa contoh hasil akulturasi dengan bangsa asing dalam budaya Betawi. Baju sadariah merupakan setelan baju koko putih dengan celana batik dengan potongan longgar, peci beludru, dan cukin (kain sarung yang diselempangkan). Atasan baju koko berkerah shanghai sendiri merupakan pengaruh dari bangsa Tiongkok di mana pada masa lampau model baju tersebut banyak digunakan oleh laki-laki Tionghoa atau yang biasa dipanggil koko-koko.

Hasil perpaduan budaya yang lain adalah penggunaan motif tumpal dalam budaya Betawi. Motif tumpal merupakan motif yang dibawa dari India. Namun, sesampainya di Nusantara, motif tumpal mengalami penyesuaian dan perbedaan dari satu daerah dengan daerah lainnya. Banyak kisah menarik tentang kriya dan wastra Betawi, seperti makna di balik hiasan rante-rante hingga motif serta setelan baju adat Betawi yang banyak dipengaruhi oleh Arab dan Tiongkok.

Ketahui selengkapnya dalam perbincangan menarik budayawan Betawi melalui video yang satu ini.

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio