Pelabuhan Barus Jalur Utama Rempah di Bagian Barat pada Masa Kejayaan Nusantara
Pelabuhan Barus Jalur Utama Rempah di Bagian Barat pada Masa Kejayaan Nusantara
Dr. Mhd. Nur, M.S., Drs. Purwo Husodo, M. Hum., Drs. Almaizon, M. Hum., Ahmad Kusasi, S.S., M.Hum., Putra Hajril Fajri, S. Hum., Fauzan Dwi Putra Alwi
mhdnur196321@gmail.com
Abstrak
Barus adalah sebuah pelabuhan rempah kuno di pantai barat Pulau Sumatera. Meski menghadap ke Samudra Hindia yang ganas, pelabuhan ini terletak pada posisi yang strategis dan kerap didatangi oleh para pencari rempah. Tujuannya adalah mengungkapkan rempah-rempah yang diperdagangkan di pelabuhan Barus, terutama kapur barus (kamper), kemenyan (benzoin), lada, dan sebagainya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi tahap-tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pelabuhan Barus diketahui merupakan pusat perdagangan rempah yang masyhur sejak masa Kuno sampai datangnya kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-17. Pelabuhan ini menjadi sangat penting dalam perdagangan rempah di bagian barat khususnya pantai barat Sumatra. Rempah merupakan komoditi utama yang diperdagangkan dan dijual sampai ke Tamil, Gujarat, India, Arab, Mesir, Persia, Romawi, Mediterania, dan Tiongkok. Jenis rempah yang diperdagangkan adalah kapur barus, kemenyan, gambir, kayu manis, cengkeh, pala, damar, rotan, kayu cendana, gading gajah, lada dan rempah-rempah lainnya. Kapur barus yang diperdagangkan paling tinggi mutunya dan paling murni sifatnya. Rempah-rempah inilah yang dicari oleh para pedagang yang berasal dari kawasan Nusantara dan bangsa lain. Rempah-rempah tersebut dibawa dari daerah pedalaman melalui sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi Toba. Dengan kualitas rempahnya, para saudagar asing tertarik untuk berdagang ke pelabuhan Barus.
Kata kunci: kapur barus, kemenyan, pelabuhan, perdagangan, rempah
Abstract
Barus was an ancient spice port on the west coast of Sumatra Island. Although it faced the fierce Indian Ocean, the port's position was strategic and often visited by spice seekers. The purpose was to reveal the spices that were traded in Barus Port, including but not limited to camphor, benzoin, and pepper. The research used a historical method that covers heuristic steps, criticism, interpretation, and historiography. Barus Port was a distinguished spice trade hub from ancient times until the Dutch colonial came in the middle of the 17th century. The port became essential within the spice trade, especially on the west coast of Sumatra. Spices were the leading commodity traded and sold until Tamil, Gujarat, India, Arab, Egypt, Persia, Roman, Mediterania, and China. The spices traded were camphor, benzoin, gambier, cinnamon, clove, nutmeg, resin, rattan, sandalwood, elephant ivory, pepper, and other spices. The camphor that was traded had the highest quality and purest properties. These spices were the ones that the Nusantara and foreign traders searched. The spices were brought from the hinterland through rivers that flowed from the highland of Toba. The spice's quality attracted foreign traders to trade at Barus Port.
Keywords: camphor, benzoin, port, trade, spice
_________
Editor: Moh. Atqa & Doni Ahmadi
Sumber gambar: theworldtravelguy.com
Konten ini dibuat oleh kontributor website Jalur Rempah.
Laman Kontributor merupakan platform dari website Jalur Rempah yang digagas khusus
untuk masyarakat luas untuk mengirimkan konten (berupa tulisan, foto, dan video) dan
membagikan pengalamannya tentang Jalur Rempah. Setiap konten dari kontributor adalah
tanggung jawab kontributor sepenuhnya.