Mengenal Kain Gringsing, Keindahan Budaya Kuno Bali

admin

24 Maret 2021

Motif kain tenun gringsing menyerupai tanda tambah sebagai simbol swastika yang menandakan keseimban

Perempuan Bali Aga Desa Tenganan Pegringsingan mewarisi teknik menenun kain gringsing secara turun-t

Menenun kain gringsing bukan sekadar menyatukan benang satu dengan yang lain untuk membentuk motif,

Benang kain tenun gringsing biasanya menggunakan benang pintalan dari kapuk berbiji satu yang didata

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk memindai benang-benang menjadi sehelai kain gringsing.

Tangan terampil seorang perempuan Bali Aga menenun kain gringsing dengan beberapa teknik, di antaran

Kain tenun gringsing yang terpajang menanti dibeli oleh pengunjung Desa Bali Aga Tenganan Pegringsin

Kain gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini. Kata gringsing terdiri dari kata gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak' sehingga dapat dimaknai bahwa kain gringsing merupakan kain magis yang membuat pemakainya terhindar dari bala. Kain yang berasal dari Desa Tenganan, Bali ini menggunakan teknik ikat ganda dan memerlukan waktu rata-rata lima tahun untuk menyelesaikannya. Proses tenunnya sendiri membutuhkan waktu sekitar dua bulan, tetapi proses pembuatan motif ikat gandanya memerlukan waktu yang lama.

Kain gringsing merupakan satu-satunya tenun ikat ganda yang berasal dari Indonesia. Nurul Akriliyati, Textile Researcher and Development, dalam lokakarya "Spice Up Your Fashion: Kain Tenun Gringsing" yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Perum Produksi Film Negara mengatakan bahwa harga kain gringsing Bali sangat mahal karena selain produksinya yang cukup sulit dan tidak sebentar, ketersediaan bahan yang digunakan untuk membuat kain gringsing juga terbatas. Dalam proses pewarnaannya, kain gringsing tidak bisa memiliki warna yang pekat dan tahan lama apabila tidak diberi warna yang dihasilkan oleh minyak kemiri.

Kain tenun gringsing disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca, di mana tertulis tirai-tirai di salah satu kereta kencana Hayam Wuruk, Sri Nata Wilwatikta, terbuat dari kain gringsing. Hingga hari ini, di tengah masyarakat Tenganan Bali, kain gringsing digunakan untuk berbagai upacara, seperti upacara keagamaan, upacara kikir gigi, dan upacara pernikahan.

 

________

Sumber gambar: Redaksi Jalur Rempah

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio