Pasar Terapung: Denyut Nadi Perdagangan & Pariwisata Banjarmasin

admin

9 Juni 2021

Pasar Terapung Lok Baintan (Muhammad Haris/Wikimedia Commons)

Pasar Terapung Siring (Marwan Mohamad/Wikimedia Commons)

Pasar Terapung Muara Kuin (Harri J/Wikimedia Commons)

Pasar Terapung Muara Kuin (Harri J/Wikimedia Commons)

Pasar Terapung Lok Baintan (Muhammad Haris/Wikimedia Commons)

Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin adalah salah satu tempat yang muncul karena keberadaan berbagai sungai di banyak wilayah lain yang terhubung dengan Banjarmasin. Para pedagang dan pembeli di tempat ini menggunakan ‘jukung’, sebutan untuk perahu dalam bahasa Banjar, untuk membawa dan jual-beli sayur-mayur, maupun hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran Sungai Barito dan anak-anak sungainya.  Pasar tradisional yang dibuka pada waktu subuh dan sampai selepas pukul tujuh pagi ini juga memiliki beberapa pengertian yang khas.

Salah satunya penyebutan bagi pedagang. Untuk para pedagang wanita berperahu yang menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistimewaan lain dari pasar ini adalah masih adanya transaksi barter antarpara pedagang. hal ini disebut bapanduk. Keberadaan Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin juga memiliki kaitan erat dengan berdirinya Kerajaan Banjar.

Terlebih fakta bahwa pada pertengahan abad ke-16, Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi Sungai Kuin dan Barito yang menjadi cikal bakal Kota Banjarmasin.  Aktivitas perdagangan di tepi sungai pun tumbuh pesat. Mengingat posisinya berada di pertemuan beberapa anak sungai, pasar itu berkembang secara alamiah. Selain orang Kuin, para pedagang juga berasal dari daerah Tamban, Anjir, Alalak, dan Berangas.

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio