Peninggalan Gereja dan Benteng di Pulau Moa - Maluku

admin

1 Desember 2021

Situs Benteng De Haan di Pulau Moa

Dibangun Belanda pada periode abad XVIII-XIX

Benteng ini menjadi penanda posisi Belanda yang semakin kondusif di Nusantara

Benteng De Haan merupakan salah satu dari beberapa benteng di Pulau Moa

Gereja tua Patti dibangun oleh bangsa Portugis pada tahun 1625

Pembangunan gereja dilanjutkan oleh Belanda setelah Portugis keluar dari Nusantara

Gereja ini tidak memiliki nama, hanya disebut Gereja Tua Patti

Pesona rempah-rempah Maluku tak disangkal lagi menjadi alasan utama datangnya bangsa barat ke Nusantara. Selain ingin memperoleh rempah dari sumber utama, hal lain yang kemudian dilakukan adalah melakukan monopoli dan menguasai pasar rempah dunia. Dalam Jurnal “Sistem Pertahanan di Maluku Abad XVII-XIX”, Syahrudin Mansyur menulis: Berlangsungnya kolonisasi di negara Asia dan Afrika memiliki tujuan awal ekonomi, di mana orang-orang Eropa hanya menempatkan wakil perdagangannya di wilayah-wilayah penghasil komoditi yang dibutuhkan. Namun, melihat keuntungan yang besar dalam perdagangan rempah maka penguasaan atas wilayah penghasil komoditi tersebut menjadi keharusan dan inilah yang menjadi faktor utama pembangunan benteng pertahanan di wilayah-wilayah yang dianggap penting.

Benteng Den Haan, yang sisa-sisa bangunannya masih berdiri di desa Patti, Maluku Barat Daya merupakan salah satu benteng pertahanan yang dibuat Belanda pada periode abad XVIII-XIX. Dibangunnya benteng ini juga sekaligus menjadi penanda posisi Belanda yang semakin kondusif di Nusantara dan merasa tidak perlu menambah kubu pertahanannya. Terlebih setelah perang Pattimura pada tahun 1817, tidak ada lagi perlawanan besar dari masyarakat lokal. Selain Den Haan, Benteng-benteng yang dibangun pada masa ini yaitu Follen Haven pada tahun 1712 di Moa dan Beverwijk pada tahun 1845 di Saparua/ Nusalaut.

Di tempat yang tidak jauh, pada pesisir pantai desa Patti, berdiri kokoh Gereja Tua. Berbeda dengan gereja yang pada umumnya memiliki nama, Gereja ini sama sekali tidak memiliki nama dan hanya disebut gereja tua Patti. Pembangunan rumah ibadah ini tentunya tak bisa dilepaskan dari kedatangan bangsa Portugis pada masa pencarian rempah mereka di Nusantara. Gereja yang awalnya dibangun oleh bangsa Portugis pada tahun 1625 ini tidak selesai karena pendudukan VOC, di mana pembangunan dilanjutkan oleh bangsa Belanda.

__________

Naskah & Foto: Doni Ahmadi

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio