Tradisi Pacuan Kuda Dataran Tinggi Gayo

admin

8 September 2021

Pacuan kuda dilaksanakan saat hari besar nasional dan hari jadi kabupaten dataran tinggi gayo

Salah satu kuda sedang bertanding yang disaksikan oleh penonton di tribun utama

Bersaingan di lintasan pacuan kuda tradisional

Berlomba untuk menjadi yang terdepan

Sang joki tersenyum lebar dan bahagia merayakan kemenangan sesaat setelah garis finish

Tradisi pacuan kuda tradisional di dataran tinggi gayo, yang sudah di laksanakan sejak puluhan tahun

Kuda dan joki berjuang ditengah hamparan debu

Kabupaten Aceh Tengah dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya, "Negeri di Atas Awan", "Dataran Tinggi Tanoh Gayo" dan "Negeri Antara". Di sana terdapat pesta rakyat gayo yang dilaksanakan secara tahunan yang menampilkan pacuan kuda tradisional gayo.

Kuda-kuda yang dipacu dalam acara tersebut merupakan kuda yang sehari-harinya bekerja sebagai pembajak sawah. Para pengendara kuda tersebut juga biasanya merupakan pekerja di lahan-lahan pertanian. Ajang pacuan kuda ini bisa dikatakan sebagai salah satu hiburan yang bermakna bagi masyarakat Aceh Tengah.

Kuda-kuda yang digunakan dalam pacuan kuda ini merupakan Kuda Gayo dan Kuda Astaga. Kuda Astaga adalah kuda-kuda hasil silang antara kuda Australia dan Gayo. Dari situlah nama Astaga berasal (Australia-Gayo). Kuda Astaga dikenal memiliki fisik lebih tinggi dan kemampuan berlari lebih kencang dibandingkan Kuda Gayo. Kuda Astaga adalah hasil dari program pemerintah setempat yang dimulai sejak tahun 1995.

Pacuan kuda di Takengon ini sudah berlangsung sejak era kolonial Belanda dan diselenggarakan setelah masa panen hasil pertanian. Takengon sendiri terkenal dengan hasil pertaniannya, yaitu Kopi Gayo yang juga diekspor ke luar negeri melalui Pelabuhan Belawan di Medan

 

__________

Sumber foto: Laodeiqbal/Wikipedia Commons

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio