Warisan Budaya Jalur Rempah di Banten

admin

12 Juli 2021

Banten pada abad ke-16 merupakan kota pelabuhan yang sangat kosmopolit. Tempat ini dihuni beragam bangsa dengan ciri khas budayanya masing-masing. Kartografer William Lodewijcksz yang ikut bersama rombongan De Houtman pada 1596 mencatat di Pelabuhan Banten terdapat banyak pedagang asing dan pendatang dari Tingkok, India, Persia, hingga Arab. Pada masa itu para pedagang Inggris, Portugis, dan Tingkok bahkan sudah mendirikan gudang-gudang dan rumah dengan menggunakan bahan dari batu.

Pyrad de Laval, seorang musafir yang pernah singgah di Pelabuhan Banten pada 1606, menjelaskan para pedagang dari Arab, Gujarat, Benggali, dan Malaka datang ke Banten untuk membeli lada. Lada sendiri merupakan salah satu rempah yang sudah lama menjadi komoditas dagang di Banten. Hal ini setidaknya tercatat sejak era Tarumanagara, Banten Girang, hingga Kesultanan Banten.

Hiruk pikuk perdagangan di Banten pada masa lampau mendorong orang-orang lokal Banten turut ikut berdagang di pasar utama Karang Antu. Beberapa komoditas yang diperdagangkan antara lain, berupa lada, buah-buahan, cengkeh, pala, kayu manis, serta kue panas.

Pelabuhan Banten yang kosmopolit menjadi ruang bertemunya berbagai kebudayaan, membuka celah akulturasi budaya, dan meninggalkan warisan budaya jalur rempah. Jejak kejayaan rempah di Banten mengendap dalam khazanah kuliner, pengetahuan lokal, folklore, dan toponimi yang hidup di tengah masyarakat.

Pada masa sekarang, berbagai jejak peninggalan dari era perdagangan rempah di Banten pun masih bisa kita temui. Penasaran dengan kisah lengkap tentang warisan budaya di Banten? Yuk, simak video di atas ini!

Bagikan:

Konten Jalur Rempah

Artikel

Foto

Video

Publikasi

Audio

Audio