Artikel

Bahas Pemajuan Kebudayaan, Muhibah Budaya Jalur Rempah Pertemukan Empat Kesultanan Maluku Kie Raha di KRI Dewaruci

admin| 18 Juni 2022

Jakarta, 18 Juni 2022 – Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berhasil mencetak sejarah dengan mempertemukan empat Kesultanan Maluku Kie Raha, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Pertemuan tersebut dilakukan saat jamuan makan malam di atas geladak KRI Dewaruci yang bersandar di Pelabuhan Trikora, Tidore, 15 Juni 2022.  

Pertemuan empat kesultanan ini menjadi sejarah sebab merupakan pertemuan pertama mereka setelah sekian lama. Di atas geladak kapal, empat kesultanan tersebut merundingkan dan membahas tentang pemajuan kebudayaan  Maluku Kie Raha sebagai kepulauan rempah-rempah yang menjadi percontohan daerah-daerah di provinsi lain. Selain empat kesultanan Maluku Kie Raha, jamuan ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid; Direktur Pemanfaatan dan Kebudayaan Restu Gunawan; Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru  Ahmad Mahendra; serta pejabat setempat.  

Sultan Ternate menegaskan bahwa pertemuan empat kesultanan ini merupakan peristiwa bersejarah. “Kehadiran kami di geladak KRI Dewaruci merupakan pengulangan 500 tahun lalu nenek moyang kami naik ke kapal Galleon Belanda,” kata Hidayatullah Sjah, Jumat (17/6).  

“Pada 1322 bangsa Ternate membangun peradaban, memperluas peradabannya dengan membangun penataan pemerintahan yang lebih lengkap dengan membentuk konfederasi yang namanya Moluku Kie Raha, menggabungkan  tiga saudaranya menjadi satu di dalam Konferensi Moti. Saya yakin pada masa mendatang bahwa akan datang satu fase di mana peradaban gemilang kami akan kembali,” tegasnya lebih lanjut.  

Hal senada juga dikatakan oleh Perdana Menteri Sultan Bacan, Mochdar Salim Arief. Ia mengatakan bahwa pertemuan empat sultan di atas KRI Dewaruci juga menjadi bagian dari sejarah perjalanan rempah. “Perjalanan rempah telah dilaksanakan di sini, ada beberapa pulau yang meliputi berbagai suku dan ini disertai pula dengan adanya diplomasi. Dari diplomasi inilah muncul tata krama,” jelas Mochdar Salim Arief.  

Sultan Jailolo, Ahmad Sjah pun turut menambahkan dan mengapresiasi agenda Muhibah Budaya Jalur Rempah ini. “Apresiasi kami kepada Pak Dirjen karena telah mengimplementasikan masing-masing kerajaan. Terima kasih dengan  agenda ini, kerajaan-kerajaan akhirnya bisa hadir, dan merepresentasikan budayanya,” kata Ahmad Sjah.  

“Di Tidore ini, kami berterima kasih dengan agenda Muhibah Budaya Jalur Rempah yang telah mempertemukan kita semua. Inilah yang jarang sekali terjadi, kami akhirnya duduk di meja bersama, momen yang jarang sekali terjadi,  empat kerajaan ini duduk bersama,” tambah Iskandar S. Alting, Jou Mayor Kesultanan Tidore.  

Hilmar Farid mengapresiasi agenda pertemuan para raja yang dihelat di lokasi bersejarah penghasil rempah. Tak luput, ia mengingatkan bahwa upaya yang kini sedang dilakukan oleh pemerintah pusat juga perlu dibantu oleh setiap  elemen masyarakat, termasuk empat kerajaan ini.  

“Upaya untuk melakukan pelestarian budaya itu, adalah upaya bersama. Pemerintah pusat tidak akan bisa berjalan sendiri dan memerlukan upaya bersama terus menerus, meningkatkan kolaborasi, karena harapan saya tentu  pertemuan yang baik ini menjadi titik awal untuk sama-sama melihat, proses, yang akan gemilang ke depannya,” jelas  Hilmar.  

“Program ini sangatlah penting, di mana nantinya dari pihak kesultanan bisa menceritakan kisah-kisah sejarah dan berbagai hal pada anak-anak sekolah. Kita sedang merancang muatan lokal dalam pendidikan, sejarah budaya, dan  muatan adat, kesenian, tradisi kita ini menjadi bagian gaya hidup anak-anak kita, sehari-hari. Tentunya ke depan akan diperlukan fasilitas, dan hal ini hanya mungkin terjadi apabila energi ini bisa tertancap dan kemudian diteruskan dengan  semangat yang sudah kita bangun ini,” tambah Hilmar.

Maluku Kie Raha adalah istilah untuk menyebut empat kerajaan di Maluku pada zaman bahari yang sangat berpengaruh secara politis dan ketatanegaraan, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan yang merupakan titik penting  dalam jalur pelayaran rempah.  

Saat ini, pemerintah sedang berupaya mengajukan jalur rempah sebagai Warisan Budaya Dunia yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2024 mendatang. Jalur rempah  ini bukan hanya kenangan terhadap masa lalu tetapi juga memiliki arti penting untuk mengaktualisasikan jalur rempah di masa sekarang.  

Muhibah Budaya Jalur Rempah dimulai 1 Juni 2022 hingga 2 Juli 2022 dengan menggunakan kapal legendaris KRI Dewaruci milik TNI AL. Kegiatan ini menyusuri enam titik Jalur Rempah yakni Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Neira, Kupang. Dari Kupang, KRI Dewaruci akan kembali ke Surabaya.

 

Laman: jalurrempah.kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/jalurrempahri
Instagram: instagram.com/jalurrempahri
Facebook: facebook.com/jalurrempah
Youtube: JALUR REMPAH RI

Bagikan:

Artikel Populer

Khasiat Buah Pala, Jejak Sejarah, & Pengaruhnya dalam Konteks Literasi

3 Oktober 2020

Sambutan Kedatangan Arka Kinari di Fort Rotterdam Makassar

4 Oktober 2020

Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 Selesai, Laskar Rempah dan KRI Dewaruci Tiba di Surabaya

1 Juli 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 Selesai, Laskar Rempah dan KRI Dewaruci Tiba di Surabaya

admin

1 Juli 2022

...

Jejak Perdagangan Lada di Sungai-Sungai Palembang di Masa Lalu

Nanda Julian Utama

31 Maret 2023

...

Inspirasi Jamu Rempah dari Zaman Majapahit yang Lestari hingga Masa Kini

Yesicha Maya Maulina

14 April 2023