Artikel

Benteng Belgica: Jejak Perdagangan Rempah Dunia di Banda Neira

admin| 5 Oktober 2020

Sejumlah situs pertahanan yang tersisa dari jejak hegemoni oleh bangsa asing di tanah penghasil rempah pala, masih bisa ditemui hingga saat ini. Beberapa bangunan tua peninggalan tersebut pun masih dirawat sebagai cagar budaya. Salah satu yang menjadi warisan peninggalan dan bukti sejarah masa lalu yang akan dijumpai ketika menyambangi Kepulauan Banda ialah Benteng Belgica. 

Benteng Belgica dibangun pada 4 September 1611 atas perintah Gubernur Jenderal VOC Pieter Both. Benteng ini digunakan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC. Sesuai dengan julukan yang disematkan pada masa itu, yakni “Mahkota Berpucuk Lima di Atas Kepala Keluarga Nassau dan Pelindung Banda”, Benteng Belgica sedari awal memang berfungsi sebagai basis militer VOC yang sangat disegani di daratan Banda dan sekitarnya.

Berlokasi di wilayah Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Benteng Belgica dibangun dengan ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Melalui benteng ini, hampir semua titik wilayah Neira dan sekitarnya dapat dipantau. Letaknya yang strategis berada di atas Bukit Tabeleku, dimanfaatkan tentara VOC untuk mengawasi gerak-gerik kapal yang melakukan penyelundupan rempah-rempah dan mengintai tentara Inggris. Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan VOC pada zaman kolonial, sebelum akhirnya pindah ke Batavia.

Dari segi arsitektur, Benteng Belgica berdiri kokoh dengan material bahan bangunan dari balok batu yang disusun teratur dan direkatkan serta diplester dengan lapisan kapur. Sejauh mata memandang, bangunan ini hanya memiliki empat sudut. Namun, jika dilihat dari ketinggian, maka akan tampak bentuk sepenuhnya dari Benteng Belgica, yaitu segi lima dengan dua lapis dan menara besar di setiap sisinya. 

Benteng ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bangunan I dan Bangunan II. Bangunan I merupakan pelataran yang tebal dan kokoh. Panjang setiap sisinya rata-rata 40 meter dan tinggi dinding 5,40 meter. Pada setiap sudutnya terdapat bastion yang berjumlah 5, berukuran 16×15 meter. Jalan masuk menuju ruang dalam, dihubungkan dengan tangga yang terbuat dari kayu. Di dalam bangunan I tidak terdapat ruangan, namun di samping bastion bawah, dibangun satu rumah jaga.

Sementara itu, Bangunan II merupakan bangunan bagian dalam yang berdenah segi lima. Pada setiap sudutnya, terdapat menara pengamat bertangga setinggi 13,8 meter. Pada Bangunan II ini, ada beberapa ruangan yang dipergunakan untuk tempat istirahat prajurit atau untuk menyimpan amunisi. Ruangan-ruangan tersebut langit-langitnya melengkung dan lantainya berdenah empat persegi panjang. Setiap ruangan dihubungkan oleh pintu menuju ke ruang terbuka di tengah (atrium). Ruangan-ruangan ini seluruhnya berjumlah 18 dengan ukuran yang bermacam-macam. Ukuran ruang terbesar 8,5 m x 3,5 m dan terkecil 6,5 x 3 m. Pada masanya, Benteng Belgica mampu menampung hingga 400 tentara lengkap dengan senjata meriam.

Hingga saat ini, meski terkesan usang, Benteng Belgica masih berdiri kokoh dengan pesona dan aura megah yang tak pernah luntur. Ratusan tahun berselang, tepatnya tahun 2015, Benteng Belgica telah resmi terdaftar sebagai salah satu Cagar Budaya yang menjadi bagian dari jejak-jejak perdagangan rempah dunia masa lampau. Kini, Benteng Belgica menjadi salah satu destinasi pariwisata di Banda Neira yang populer dan memikat wisatawan lokal maupun asing.

 

Sumber:


https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016011100011/benteng-belgica 

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbmalut/benteng-belgica/


Naskah: Tiya S.

Editor: Doni Ahmadi

Bagikan:

Artikel Populer

Banten: EntrepĂ´t Perdagangan Rempah, Interaksi, & Peninggalan Sejarah

10 Januari 2021

Menyeduh Wedang Uwuh, Menghangatkan Keindonesiaan

25 Maret 2022

Malam Puncak Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia

30 Oktober 2021

Artikel Terbaru

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah di Sabang, Nostalgia KRI Dewaruci Menyambangi Perairan Aceh 70 Tahun Lalu

23 Juni 2024

Artikel Terkait

...

Malam Puncak Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia

admin

30 Oktober 2021

...

Inspirasi Jamu Rempah dari Zaman Majapahit yang Lestari hingga Masa Kini

Yesicha Maya Maulina

14 April 2023

...

Jejak Jalur Rempah dalam Sepotong Rendang Daging

Muhammad Zukri Arsyad

10 Maret 2023