Artikel

Lada: Rempah-Rempah yang Memperetat Hubungan Kerajaan Banten dengan Inggris

M. Alfian Nugraha Fauzi| 25 April 2023

Keay Nabee Naia-wi-Praia & Keay Abi Jaya Sedana, Duta Besar dari Sultan Banten untuk Yang Mulia Inggris Raya

Kerajaan Banten sejak dahulu dikenal sebagai salah satu kerajaan yang memiliki komoditas utama rempah-rempah, yaitu lada. Dengan komoditas yang dimiliki tersebut, Kerajaan Banten berfokus dalam bidang perdagangan yang pada masa itu dilakukan pula oleh kerajaan lain di Nusantara. Hal ini membuat Kerajaan Banten menjadi salah satu bandar perdagangan besar pada masanya dan disinggahi pedagang dari berbagai mancanegara. Belanda untuk pertama kalinya datang ke Nusantara (Banten) di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tahun 1596. 

Kerajaan Banten berhasil menjalin hubungan dagang dengan berbagai kerajaan mancanegara, salah satunya dengan Kerajaan Inggris. Hubungan perdagangan yang terjalin antara Kerajaan Banten dengan Kerajaan Inggris ditandai ketika orang-orang Inggris sejak tahun 1602 menjadikan Banten sebagai pusat perdagangan mereka (Anthony Reid, 2011: 247). Kedatangan Inggris dengan kongsi dagang mereka, East India Company (EIC), terjadi tidak lama setelah kedatangan bangsa Belanda tahun 1596. Kehadiran East India Company menjadi bukti bahwa rempah-rempah khususnya lada menjadi salah satu yang mempererat hubungan keduanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Inggris mendirikan pos perdagangan dan menempatkan wakilnya di Banten. Pada masa itu, East India Company berhasil melakukan impor lada dari Kerajaan Banten.

Hubungan Kerajaan Banten dan Kerajaan Inggris semakin erat dengan adanya surat tahun 1664 yang ditulis Sultan Abu Al Fath Abdul Fattah atau dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Raja Inggris, Charles II. Surat tersebut berisi permohonan agar Inggris bersedia menjual meriam, senapan, dan istinggar kepada Banten. Sebagai balasannya, Banten memberikan hadiah lada hitam dan jahe kepada Raja Inggris (Titik Pudjiastuti, 2007:30-31). Hal tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa rempah lada digunakan sebagai alat diplomasi untuk mendapatkan senjata yang diinginkan. Sebagian besar surat yang ditulis oleh Sultan Banten berisi tentang persenjataan yang dibutuhkan oleh Kerajaan Banten. Alat persenjataan pada masa itu begitu dibutuhkan oleh Kerajaan Banten sebagai pertahanan dalam menghadapi Belanda (VOC).

Hubungan yang terjalin antara Kerajaan Banten dengan Kerajaan Inggris juga ditandai dengan pengiriman utusan atau delegasi Kerajaan Banten ke London. Kunjungan yang dilakukan oleh utusan dari Kerajaan Banten beserta rombongan tersebut diterima oleh Raja Inggris, Charles II, di Istana Windsor. Dua utusan Kerajaan Banten yang dibawa ke Inggris pada tahun 1682, yaitu Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Wijaya Sedana (Anthony Reid, 2011: 282). Kedatangan utusan Kerajaan Banten pada masa itu juga membawa persembahan berupa 200 karung lada, perhiasan permata intan, serta emas berukir burung Merak (Lukman Hakim, 2013: 31). Keberangkatan kedua utusan Kerajaan Banten ke London tersebut menggunakan kapal dagang milik East India Company (EIC). Kedatangan delegasi tersebut  menjadi bukti bahwa Kerajaan Banten ingin menjalin hubungan yang lebih dekat lagi dengan Kerajaan Inggris, ditandai dengan penyerahan hadiah kepada Raja Inggris berupa lada serta hadiah lainnya.

Hubungan Kerajaan Banten dengan Kerajaan Inggris yang telah dimulai sejak awal abad ke-17 menandakan bahwa Banten memiliki peran yang cukup penting bagi Inggris, khususnya dalam perdagangan rempah-rempah (lada). Selain itu, dari perdagangan rempah-rempah ini pula hubungan antara Kerajaan Banten dengan Kerajaan Inggris merambah ke bidang yang lain, salah satunya persenjataan. Terjalinnya hubungan yang kuat antara keduanya juga menandakan peran penting Kerajaan Banten pada masa itu dalam perdagangan mancanegara, khususnya rempah-rempah. 

 

_________

Sumber Referensi

Hakim, Lukman.2013. Kota Intan yang Tenggelam. Serang: Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang.

Pudjiastuti, Titik. 2007. Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-Surat Sultan Banten. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 (Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

_________

Ditulis oleh M. Alfian Nugraha Fauzi

Editor: Wardani Pradnya Dewi & Tiya S.

Sumber gambar: Keay Nabee Naia-wi-Praia & Keay Abi Jaya Sedana, Ambassadors from the Sultan of Bantam to His Majesties of Great Britain. Creator: Edward Luttrell, active 1680–1724. Published by John Smith, 1652–1743. Yale Center for British Art.

Konten ini dibuat oleh kontributor website Jalur Rempah.
Laman Kontributor merupakan platform dari website Jalur Rempah yang digagas khusus untuk masyarakat luas untuk mengirimkan konten (berupa tulisan, foto, dan video) dan membagikan pengalamannya tentang Jalur Rempah. Setiap konten dari kontributor adalah tanggung jawab kontributor sepenuhnya.

Bagikan:

Artikel Populer

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Pesona dan Kisah Rempah-rempah di Negeri Laskar Pelangi

22 Desember 2020

Samudra Pasai: Kota Pelabuhan Penting dalam Jalur Pelayaran

20 Desember 2020

Artikel Terbaru

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah di Sabang, Nostalgia KRI Dewaruci Menyambangi Perairan Aceh 70 Tahun Lalu

23 Juni 2024

Artikel Terkait

...

Samudra Pasai: Kota Pelabuhan Penting dalam Jalur Pelayaran

admin

20 Desember 2020

...

Kembalinya Rempah-Rempah Tradisional pada Kehidupan Masyarakat di Masa Pandemi

admin

5 April 2022

...

Gali Kejayaan Peradaban Melayu, Kemendikbudristek Gelar Seminar Internasional Dunia Melayu dalam Jaringan Perdagangan Rempah Dunia

admin

15 September 2022