Artikel

Laskar Rempah Mengenal Cengkeh sebagai Tanaman Budidaya dan Budaya

admin| 16 Juni 2022

Jakarta, 16 Juni 2022 – Ternate dan Tidore menjadi salah satu titik penting dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022. Salah satu rempah yang sampai hari ini menjadi primadona adalah cengkeh yang merupakan tanaman endemik Maluku Utara. Berbagai penelitian, studi dan catatan sejarah menjelaskan pengaruh rempah-rempah, salah satunya cengkeh, dalam membentuk peradaban dunia.  

Zainuddin Muhammad Arie, sejarawan dan budayawan Ternate, mengatakan bahwa pada masa lalu, cengkeh  digunakan sebagai obat. “Daun cengkeh itu dulu obat herbal yang cukup ampuh bagi orang-orang Maluku yang saat ini sudah dilupakan. Jadi, daun cengkeh diambil dan dijadikan obat sehingga ada kemungkinan besar orang-orang Maluku mempertahankan dan melestarikannya karena dia menjadi obat yang sangat baik bagi masyarakat setempat  pada saat itu,” jelasnya, di Ternate, (16/6).  

Zainuddin menjabarkan tentang cengkeh yang menjadi filosofi hidup masyarakat Maluku Utara, khususnya Ternate. “Doka gosora se bualawa. Om doro fo mamote. Foma gogoru, foma dodara” yang berarti kehidupan bermasyarakat  layaknya cengkeh dan pala yang masak (hidup) dan gugur (mati) bersama-sama.  

Kedatangan Laskar Rempah ke Maluku Utara pun dilakukan untuk melihat berbagai jejak kejayaan yang dihasilkan dari perdagangan cengkeh masa silam. Pemuda-pemudi terpilih yang berasal dari 34 provinsi berbeda ini diajak  mengunjungi beberapa cagar budaya serta perkebunan cengkeh dan pala di Desa Tubo, Kota Ternate (14/6). Di desa ini, peserta berdialog dengan petani cengkeh serta berkesempatan untuk memanennya dan mencicipi rempah  istimewa tersebut. Di desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani cengkeh, peserta bisa melihat rekatnya masyarakat dengan rempah dan turut melestarikannya dari dulu hingga saat ini.  

Tokoh masyarakat Desa Tubo, yakni Haji Ade Safar, menjelaskan bahwa sampai sekarang masih ada sistem adat yang masyarakat jalankan terkait penanaman cengkeh. “Setelah cengkeh dan pala panen, ada sistem bagi hasil yang  kemudian disedekahkan ke masjid karena masyarakat Tubo percaya bahwa ada bagian dari orang lain dari setiap cengkeh yang mereka hasilkan,” ujarnya.  

Salah satu Laskar Rempah asal Jawa Barat, Amos mengungkapkan pengalamannya yang berharga ini. “Perjalanan ke Tubo ini menurutku paling berkesan, karena seumur-umur baru kali ini main di kebun cengkeh dan pala langsung. Apalagi pengalaman ngunyah cengkeh yang segar langsung di kebunnya,” tutupnya.  

Sebagai budayawan, Zainuddin berharap masyarakat Maluku Utara bisa mengembalikan lagi cengkeh sebagai barang  hidup hayati, “Setiap hari bergaul dengan cengkeh, di makanan kita, di obat-obatan kita. Kalau kita mengembalikan lagi cengkeh sebagai tanaman budaya atau tanaman identitas, maka mungkin kita akan mempertahankan cengkeh. Oleh karena itu, jangan lihat cengkeh sebagai barang komoditi, tapi sebagai tanaman budaya.” pungkasnya.

 

Laman: jalurrempah.kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/jalurrempahri
Instagram: instagram.com/jalurrempahri
Facebook: facebook.com/jalurrempah
Youtube: JALUR REMPAH RI

Bagikan:

Artikel Populer

Pentingnya Kaum Muda Menapaki Jejak-jejak Rempah di Nusantara

9 Juni 2022

Budaya Cina dan Minangkabau Berkelindan di Kampung Cina Padang

17 Maret 2023

Hari Ketiga Pelayaran, Laskar Rempah Dapatkan Materi (Cara) Bertahan di Laut

3 Juni 2022

Artikel Terbaru

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah di Sabang, Nostalgia KRI Dewaruci Menyambangi Perairan Aceh 70 Tahun Lalu

23 Juni 2024

Artikel Terkait

...

Hari Ketiga Pelayaran, Laskar Rempah Dapatkan Materi (Cara) Bertahan di Laut

admin

3 Juni 2022

...

Kolaborasi Program Jalur Rempah & Arka Kinari di Kepulauan Banda Naira

admin

1 Oktober 2020

...

Ketika Rempah, Sayur, dan Padi Bersatu: Refleksi Keberagaman dan Keberlangsungan Semangkuk Tinutuan (Bubur Manado)

Wulandari Zefanya Rumengan

24 Maret 2023