Artikel

Saraba: Penghangat Tubuh, Pelengkap Cerita di Makassar

Wais Zulqarni Ahmad| 28 April 2023

Saat berkumpul dengan teman-teman, minuman dan makanan yang tersaji kerap menjadi pelengkap obrolan. Jika di Pulau Jawa masyarakat familiar dengan olahan rempah yang bernama wedang jahe, di Makassar olahan rempah dikenal dengan nama saraba. Di Jalan Sungai Cerekang, Makassar, terdapat kawasan sepanjang satu kilometer yang berderet menjual saraba. Sepanjang jalan ini akan sangat ramai ketika malam hari.

Tak hanya saraba, berbagai gorengan juga dijajakan para penjual di Jalan Sungai Cerekang tersebut. Ada sanggara' (pisang goreng), ubi goreng (singkong goreng), dan bakara' (sukun goreng). Harga saraba cukup terjangkau, Rp12.000 untuk original dan Rp15.000 dengan telur atau susu. Hal ini yang membuat orang tertarik, selain murah, saraba juga berkhasiat untuk tubuh.

Meskipun memiliki bahan dasar yang hampir sama dengan wedang jahe, saraba yang menjadi minuman khas Bugis Makassar ini memiliki cara pengolahannya sendiri. Saraba berkhasiat untuk menjadi obat di saat masuk angin atau ketika tenggorokan sedikit serak. Masyarakat juga mengonsumsi saraba untuk mengembalikan stamina yang kurang fit atau lelah sehabis pulang kerja. Saraba menjadi solusi untuk mengembalikan tenaga yang sudah habis seharian. Selain itu, saraba diyakini mampu menyembuhkan flu, menghangatkan badan, dan tenggorokan. Saraba memiliki rasa sedikit pedas yang langsung terasa hangat di tenggorokan. Aroma yang khas dan rasanya yang hangat, saraba terasa lengkap dipadu dengan gorengan. 

Selain dapat dibeli langsung, saraba juga mudah bisa diolah sendiri karena cara membuatnya cukup mudah. Bahan-bahan yang diperlukan, antara lain jahe (200 gram), gula merah (250 gram), serai (1 batang), kayu manis (1 ruas jari), merica bubuk (1 sdm), santan (200 ml), dan air (1,6 liter). 

Setelah bahan dikumpulkan, langkah berikutnya adalah menyiapkan panci untuk wadahnya. Tuangkan air secukupnya untuk melarutkan gula merah. Setelah mendidih dan gula merah telah larut, masukkan jahe, serai, kayu manis, merica bubuk, dan air. Tunggu hingga mendidih. Setelah itu, kecilkan api, lalu masukkan santan dan aduk kembali dengan perlahan. Biarkan sampai mendidih. Setelah mencampurkan seluruh bahan, saring larutan saraba agar sisa bahan tadi terpisah dari rebusannya. Saraba siap dinikmati. Saraba juga dapat ditambahkan telur ayam kampung untuk menambah varian rasa dan berkhasiat menambah kebugaran. Jika tidak suka telur ayam, bisa menambahkan susu kental manis. Namun, jika ingin merasakan rasa asli dari saraba, cukup nikmati tanpa tambahan lain. 

Eksistensi saraba telah menyertai masyarakat Bugis Makassar sejak ratusan tahun yang lalu. Lewat warung-warung kecil, saraba menjadi penghubung silaturahmi yang menghangatkan. Saraba mengingatkan kita kembali akan khasiat rempah-rempah sebagai warisan leluhur kekayaan bangsa yang harus terus dilestarikan.

 

_________

Ditulis oleh Wais Zulqarni Ahmad, waiszulqarniahmad41199@gmail.com

Editor: Dian Andika Windah & Tiya S.

Sumber gambar: Sri Widyowati/Freepik

 

Konten ini dibuat oleh kontributor website Jalur Rempah.
Laman Kontributor merupakan platform dari website Jalur Rempah yang digagas khusus untuk masyarakat luas untuk mengirimkan konten (berupa tulisan, foto, dan video) dan membagikan pengalamannya tentang Jalur Rempah. Setiap konten dari kontributor adalah tanggung jawab kontributor sepenuhnya.

Bagikan:

Artikel Populer

Saraba: Penghangat Tubuh, Pelengkap Cerita di Makassar

28 April 2023

Rempah dalam Praktik Pengobatan Tradisional Sulawesi Selatan: Tuturan Dua Sanro di Pangkajene dan Kepulauan

27 Desember 2021

Jalur Rempah, Jalur Budaya, dan Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022

30 Mei 2022

Artikel Terbaru

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah di Sabang, Nostalgia KRI Dewaruci Menyambangi Perairan Aceh 70 Tahun Lalu

23 Juni 2024

Artikel Terkait

...

Jalur Rempah, Jalur Budaya, dan Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022

admin

30 Mei 2022

...

Pengaruh Perdagangan Rempah dan Akulturasi Budaya dalam Rasa Rendang

Merry Kurnia

3 Januari 2023

...

Sastra untuk Rempah dan Nusantara

admin

17 Januari 2022