Artikel

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

admin| 24 September 2023

Manado, 24 September 2023 – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya untuk menghidupkan kembali pengetahuan lokal dan budaya maritim yang diwariskan nenek moyang Nusantara sejak masa silam. Salah satunya melalui Lomba Perahu Layar Tradisional yang digelar Kemendikbudristek melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut (Lantamal) VIII Manado, di Pantai Karangria, Manado, Minggu (24/9/2023). Ajang ini menjadi momentum untuk mengimbau nelayan kembali menggunakan layar ketika melaut karena lebih hemat dan ramah lingkungan.

Dimulai sejak pukul 08.30 WITA pagi, sebanyak 140 nelayan dengan 70 perahu layar tradisional bersiap adu kecepatan di Pantai Karangria sebagai garis start. Lomba dimulai dengan ditandai aba-aba dari TNI AL dan bunyi sirine panjang dari arah pesisir pantai. Peserta lomba menempuh rute dari Pantai Karangria, menuju Bunaken, lalu kembali lagi ke Pantai Karangria sebagai garis finish. Berjalan seru, lomba ini berhasil menarik perhatian masyarakat Sulawesi Utara yang turut memenuhi pinggir pantai untuk menyaksikan lomba. 

Sembari menunggu nelayan menuju garis finish, disajikan berbagai seni pertunjukan untuk para penonton di pesisir Pantai Karangria, mulai dari Tari Wengkow Keteran dan Tari Tolu oleh Sanggar Seni Senggighilang, organ tunggal, dan seni musik kolintang oleh Primavista. Suasana bertambah meriah ketika sesi kuis berlangsung. Anak-anak, orang tua, hingga lansia berkerumun di pinggir pantai berebut hadiah dan menanti peserta lomba tiba di garis finish. 

Selang 45 menit, satu perahu layar dengan nomor 5508 menjadi peserta pertama yang mencapai garis finish dari seluruh peserta lomba. "Sangat senang bisa mengikuti lomba ini, apalagi bisa menang. Lomba ini sangat baik bagi torang karena pemerintah ada peduli pa nelayan (lomba ini sangat baik bagi kami karena pemerintah peduli dengan kami)," ujar Romi Warong menggunakan dialek Manado yang berhasil menjadi pemenang dalam kategori perahu fiber kelas 5 meter. 


Romi juga mengisahkan bahwa dirinya menyambut baik sosialisasi terkait pengetahuan perahu layar tradisional yang bisa menjadi solusi ketika pergi melaut. Menurutnya, penggunaan layar bisa menjadi solusi biaya melaut yang semakin besar. Layar bisa membantu perahu tetap jalan ketika mesin kapal mengalami masalah. Hal yang sama juga dikatakan Martin Konore, pemenang lomba dari kategori perahu fiber kelas 6 meter. Usai lomba nanti, Ia memastikan akan menggunakan layar di perahu sebagai bentuk upaya penghematan modal dan pengganti bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Keduanya berjanji akan mengajak nelayan lainnya menggunakan layar untuk mengurangi penggunaan mesin ketika melaut.

Selain Romi Warong dan Martin Konore, ada pula pemenang dari kategori lain. Total ada lima kategori yang dilombakan, yakni kelas 5 meter dan kelas 6 meter dari jenis perahu kayu serta kelas 5 meter, 6 meter, dan kelas 7 meter dari jenis perahu fiber/tripleks. Berikut pemenang Lomba Perahu Layar Tradisional dari masing-masing kategori.

 

Kategori 5 meter jenis kayu:

• Juara 1: Nomor perahu 506

• Juara 2: Nomor perahu 504

• Juara 3: Nomor perahu 502

• Harapan 1: Nomor perahu 505

• Harapan 2: Nomor perahu 501

• Harapan 3: Nomor perahu 503

 

Kategori 6 meter ke atas jenis kayu:

• Juara 1: Nomor perahu 611

• Juara 2: Nomor perahu 605

• Juara 3: Nomor perahu 613

• Harapan 1: Nomor perahu 602

• Harapan 2: Nomor perahu 607

• Harapan 3: Nomor perahu 608

 

Kategori 5 meter jenis fiber/tripleks:

• Juara 1: Nomor perahu 5508

• Juara 2: Nomor perahu 5502

• Juara 3: Nomor perahu 5504

• Harapan 1: Nomor perahu 5503

• Harapan 2: Nomor perahu 5507

• Harapan 3: Nomor perahu 5512

 

Kategori 6 meter jenis fiber/tripleks:

• Juara 1: Nomor perahu 6601

• Juara 2: Nomor perahu 6616

• Juara 3: Nomor perahu 6614

• Harapan 1: Nomor perahu 6615

• Harapan 2: Nomor perahu 6604

• Harapan 3: Nomor perahu 6622

 

Kategori 7 meter ke atas jenis fiber/tripleks:

• Juara 1: Nomor perahu 7701

• Juara 2: Nomor perahu 7712

• Juara 3: Nomor perahu 7714

• Harapan 1: Nomor perahu 7702

• Harapan 2: Nomor perahu 7708

• Harapan 3: Nomor perahu 7703

 

Setiap pemenang masing-masing kategori lomba menerima hadiah berupa dana apresiasi dengan besaran Rp10 juta (juara 1), Rp8 juta (juara 2), Rp5 juta (juara 3), Rp5 Juta (harapan 1), Rp4 juta (harapan 2), dan Rp3 juta (harapan 3). Sementara itu, peserta yang belum berhasil menjadi juara diberikan dana apresiasi masing-masing sebesar Rp1 Juta.

 

Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

Selain revitalisasi layar, Lomba Perahu Layar Tradisional juga merupakan sebuah upaya regenerasi profesi nelayan ke anak cucu. Pit Andrean, 87 tahun, tercatat menjadi nelayan tertua yang mengikuti lomba ini. Berpasangan dengan anaknya, Ia merasa gembira bisa mengikuti lomba perahu layar yang baru pertama kali Ia ikuti selama hidupnya. 

Pit Andrean mengisahkan, mengarungi lautan bukanlah hal baru baginya, sebab sejak usia 10 tahun Ia sudah melaut untuk mencari ikan dan dijual kembali. Hingga di usia senjanya kini, Ia masih terus melaut. Baginya, menjadi nelayan merupakan sebuah jalan hidup yang mulia, tidak hanya mencari ikan sebagai bentuk mencari nafkah sehari-hari, menurutnya, nelayan juga menjadi salah satu garda terdepan yang menjaga ekosistem laut.

Meski baginya bekerja sebagai nelayan memiliki banyak suka-dukanya, Ia tetap meneruskan profesi ini ke anak laki-lakinya. Menurutnya, pengetahuan tentang cara merawat, berlayar, serta memperbaiki perahu layar tradisional tetap harus dilestarikan ke anak cucu kita. Dengan mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda, kita dapat memastikan bahwa pengetahuan tentang budaya maritim yang berkelanjutan tetap terus ada dan lestari. 

Tidak hanya diikuti Pit Andrean yang merupakan nelayan tertua dalam lomba ini, Glen Dalako tercatat sebagai peserta lomba termuda, yakni berusia 13 tahun. Meski belum berhasil menang, Glen mengaku sangat senang bisa terlibat dalam lomba ini. Kemendikbudristek juga memberikan dana apresiasi sebesar Rp1 juta bagi para nelayan milenial yang turut ikut serta dalam lomba tersebut. 

Pit Andrean menambahkan, melibatkan anak cucu dalam lomba perahu layar juga sejalan dengan upaya revitalisasi layar tradisional. Baginya, hal ini merupakan investasi masa depan kelautan yang berkelanjutan dan memastikan bahwa pengetahuan budaya maritim tidak punah ditelan perubahan zaman. ​​​​​​

Bagikan:

Artikel Populer

Menyeduh Wedang Uwuh, Menghangatkan Keindonesiaan

25 Maret 2022

Simpan Kisah Kejayaan Jalur Rempah Nusantara, Surabaya Jadi Titik Awal Muhibah Budaya

1 Juni 2022

Jukut Harsyan (Sup Bebek Rempah): Kajian Historis dan Perkembangannya pada Masa Jawa Kuno hingga Masa Kini

15 Maret 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Hadirkan Pakar dari Berbagai Disiplin Ilmu, Kemedikbudristek Gelar Kajian Mendalam tentang Ketersambungan Jalur Rempah Nusantara dengan India, Timur Tengah, dan Cina

29 Agustus 2023

Artikel Terkait

...

Jukut Harsyan (Sup Bebek Rempah): Kajian Historis dan Perkembangannya pada Masa Jawa Kuno hingga Masa Kini

admin

15 Maret 2022

...

Kepulauan Nusantara, Negeri Bahari dan Pusat Interaksi Bangsa-Bangsa

admin

1 Desember 2020

...

Antusias Laskar Rempah dan Masyarakat Banda Naira Saksikan Lomba Belang Adat dalam Muhibah Budaya Jalur Rempah

admin

21 Juni 2022