Artikel

Jangkar dan Meriam Kuno: Jejak Jalur Rempah di Kepulauan Selayar

admin| 10 Oktober 2020

Kepulauan Selayar terletak di Provinsi Sulawesi Selatan tidak hanya menyimpan keindahan alam dan potensi pariwisata, tetapi juga memiliki peran penting di masa lampau dan keterkaitannya dengan Jalur Rempah. Arkeolog Shinatria Adhityatama, dalam analisisnya yang berjudul Situs Bonto Sikuyu, Kepulauan Selayar, menilai bahwa Selayar memiliki lokasi yang strategis dalam menghubungkan Indonesia bagian barat dengan timur dan sebaliknya. 

Dalam kaitannya dengan Jalur RempahSelayar menjadi titik singgah bagi para pedagang untuk melengkapi perbekalan dan perbaikan kapal-kapal kayu yang akan menuju ke kepulauan rempah. Nilai strategis ini menjadikan daya tarik bagi penguasa untuk memasukkan Selayar menjadi bagian dari wilayahnya. Dalam sejarahnya, Selayar pernah dikuasai oleh Kerajaan Gowa-Tallo yang melakukan perluasan wilayah ke timur dan Kerajaan Tidore yang sempat berkuasa di Selayar selama beberapa waktu.

Terdapat beberapa bukti telah ditemukan dan memperkuat narasi peran Selayar dalam lalu lintas jalur pelayaran nusantara, seperti nekara perunggu, jangkar dan meriam kuno, serta keramik dan koin dari Cina. Jangkar dan meriam kuno yang merupakan peninggalan dari abad ke-17 saat ini ditempatkan di Kampung Padang, Desa Bontosunggu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar. 

Menurut naskah Hukum Pelayaran dan Perdagangan Ammana Gappa yang ditulis pada abad ke-17 menyebutkan bahwa Selayar sebagai salah satu daerah tujuan perdagangan. Hal ini dikarenakan posisi Selayar yang melintang dari utara ke selatan sehingga menjadi tempat singgah bagi para pelaut dari musim barat maupun timur, serta lokasi Selayar yang dilewati jalur menuju barat maupun timur. Dalam naskah Ammana Gappa juga disebutkan mengenai biaya sewa bagi orang-orang yang berlayar dari Makassar ke Aceh, Kedah, dan Kamboja dengan biaya sebesar 7 real dari setiap seratus (orang) dan jika naik dari tempat tersebut menuju Selayar, Malaka, dan Johor akan dikenakan 6 real dari tiap seratus (orang). Real merupakan mata uang koin Spanyol yang terbuat dari perak.

Menurut informasi yang didapatkan dari masyarakat, meriam kuno yang terdapat di Kampung Padang adalah milik Baba’ Desan, seorang saudagar dari Cina yang pernah datang dan tinggal di wilayah tersebut. Meriam miliki kapal Baba’ Desan digunakan sebagai alat pertahanan dari serangan bajak laut. Baba’ Desan sendiri melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil laut dan bekerja sama dengan pedagang setempat melalui pelayaran. Kampung Padang menjadi tempat singgah untuk mengisi persediaan air dan tempat berlindung dari kondisi cuaca dan musim dalam satu rute pelayaran. Dalam perkembangannya, Kampung Padang tidak hanya menjadi tempat singgah bagi para pedagang, tetapi mereka juga melakukan hubungan pernikahan dengan masyarakat setempat dan tinggal di kampung itu.

Di akhir abad ke-17, terdapat seorang saudagar dari Cina bernama Gowa Liong Hui yang membawa kapal dagang yang sangat besar, melewati Kampung Padang selama bertahun-tahun, kemudian singgah di sana hingga akhirnya kapal tersebut rusak. Oleh warga setempat, jangkar dari kapal tersebut diamankan bersama-sama dengan meriam milik Baba’ Desan.

Terdapat beberapa jangkar dan meriam yang tersimpan di Museum Jangkar dan Meriam di Kepulauan Selayar, di antaranya ialah satu buah jangkar dengan panjang 270 cm dan ketebalan 3 cm, satu buah jangkar berukuran 240 cm dengan ketebalan 3 cm, satu buah meriam yang berukuran panjang 145 cm dengan diameter atas 11 cm dan 23 cm untuk bagian bawah, satu buah meriam dengan ukuran panjang 137 cm dengan diameter atas 9 cm dan 46 cm untuk diameter bawah, dan satu buah meriam berukuran panjang 119 cm, diameter atas 9 cm dan 16 cm untuk diameter bawah.

 

Sumber:


Adhiyatama, Shinatria. 2015. Analisis Data (Situs Bonto Sikuyu, Kepulauan Selayar). Artikel. Research Gate.

Budaya Saya. 2020, Webinar Dari Selayar ke Makassar. Jejak Rempah Mendunia. 25 September 2020, https://www.youtube.com/watch?v=vKnXKhV1Irg&t=1345s 


Museum Jangkar dan Meriam Kepulauan Selayar.

UPT Museum Nekara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Selayar. Museum Nekara Kabupaten Kepulauan Selayar.

Naskah: Putri A. Fitriah

Editor: Tiya S.

Bagikan:

Artikel Populer

Khasiat Buah Pala, Jejak Sejarah, & Pengaruhnya dalam Konteks Literasi

3 Oktober 2020

Kekayaan Rimpang-rimpangan di Kota Salatiga sebagai Warisan Rempah Nusantara dan Pemanfaatannya Selama Pandemi Covid-19

29 Desember 2022

Cagar Budaya di Pati: Sejarah Akulturasi dan Jejak Perdagangan Rempah

18 April 2021

Artikel Terbaru

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah di Sabang, Nostalgia KRI Dewaruci Menyambangi Perairan Aceh 70 Tahun Lalu

23 Juni 2024

Artikel Terkait

...

Cagar Budaya di Pati: Sejarah Akulturasi dan Jejak Perdagangan Rempah

admin

18 April 2021

...

Akulturasi Keroncong di Kampung Musik Desa Selat Nasik

Royas Aulia Subagja

24 Januari 2023

...

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

admin

15 Juli 2024