Artikel

Menara Syahbandar Sleko: Menara Pengawas Jalur Perdagangan di Semarang

Osy Siswi Utami| 21 Maret 2023

Menara Syahbandar Sleko merupakan salah satu bangunan di Kota Lama Semarang yang berdiri pada 1825. Bangunan saksi sejarah pada masa kolonial Belanda ini terletak di Jalan Sleko tepat di tepi Kali Semarang dan dijadikan titik 0 kilometer. Keberadaan Menara Syahbandar Sleko di Semarang menjadi sebuah bukti bahwa dahulu Kota Semarang adalah kota niaga yang ramai.

Kota pesisir di Indonesia merupakan bagian dari sebuah jalur gerbang alami untuk perdagangan antarpulau (Asnan, 2011). Semarang sebagai kota pesisir utara Jawa juga dijadikan pelabuhan terkenal pada masa kolonial. Sungai dijadikan jalur transportasi yang dilengkapi dengan kanal-kanal. Pelabuhan Semarang bermuara di Laut Jawa dan terbentuk dari Kali Semarang yang membelah Kota Semarang. Peranan Kali Semarang sebagai jalur perdagangan sudah ramai sejak masa kekuasaan Kerajaan Demak. Di pelabuhan yang terletak di tepi Kali Semarang inilah, terjadi aktivitas perdagangan dengan banyak pedagang lokal dan bangsa luar, seperti Cina, Arab, India, dan Portugis. Karena ramainya perdagangan di Semarang, dibangunlah sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan perdagangan, salah satunya Menara Syahbandar Sleko. Kota Semarang juga dahulu menjadi pusat perdagangan dan perindustrian dengan pelabuhan terbesar di Jawa.

Semarang berperan sebagai tempat penyuplai kebutuhan pokok untuk perbekalan kapal-kapal, seperti beras, hasil bumi, rempah-rempah, berbagai jenis kain, dan kerajinan. Berdasarkan catatan sejarah, pelabuhan laut Semarang mulai berfungsi pada 2 Mei 1547 bersamaan dengan penobatan Bupati Semarang pertama, yaitu Pandan Arang II. Pada tahun 1677, wilayah pantai utara dan wilayah pedalaman Mataram diserahkan kepada VOC sebagai balas jasa atas pemadaman pemberontakan Trunojoyo. Jalur perdagangan di Kota Semarang beralih di bawah kekuasaan VOC. 

Menara Sleko dulu disebut Kleine Boom en Uitkijk. Menara Sleko berfungsi sebagai pelabuhan kecil untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil dan penghubung pelayaran atau pelabuhan ke luar Semarang. Nama “Sleko” berasal dari bahasa Belanda dengan arti ‘gerbang kota’. Menara Sleko Semarang dilengkapi dengan gardu pandang serta memiliki halaman untuk istirahat para pedagang. Para pedagang yang memasuki Semarang saat melewati Menara Sleko perlu membayar retribusi (Rukayah et al., 2021).

Pada masa kejayaan Belanda, Menara Sleko Semarang memiliki peran penting dalam perniagaan antarpulau dan negara lain. Menara Sleko menghubungkan jalur laut untuk saling berhubungan dengan antarkapal dan pedagang di jalur darat. Seluruh kapal yang berlabuh atau transit di Kota Semarang wajib melapor ke Menara Sleko. Menara Syahbandar Sleko dapat dikatakan sebagai menara pengawas serta dijadikan juga sebagai kantor kongsi niaga Belanda.

Bangunan Menara Syahbandar Sleko yang menjadi saksi kejayaan jalur perdagangan di Kota Semarang saat ini sudah tidak dalam kondisi yang sama seperti dahulu. Seluruh atap menara, jendela, dan pintu telah hilang dan hanya tersisa bangunan batu bata rapuh. Dari arah Kali Semarang, terlihat lahan bangunan Menara Sleko semakin menyempit karena munculnya bangunan-bangunan baru yang berdiri di pinggir kali.

 

_________

Sumber Referensi

Rukayah, R. S., Abdullah, M., & Etenia, A. (2021). Konservasi Menara Sleko Menuju Lansekap Kawasan Kota Kuno Semarang. Jurnal Pengembangan Kota, 9 (1), 13–25. https://doi.org/10.14710/jpk.9.1.13-25.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/menara-syahbandar-sleko-bentuk-kejayaan-pelabuhan-semarang-masa-kolonial/. (25 Oktober 2022)

_________

Ditulis oleh Osy Siswi Utami, osysiswi22@gmail.com

Editor: Dian Andika Windah & Tiya S.

Sumber gambar: KITLV (circa 1890)

Konten ini dibuat oleh kontributor website Jalur Rempah.
Laman Kontributor merupakan platform dari website Jalur Rempah yang digagas khusus untuk masyarakat luas untuk mengirimkan konten (berupa tulisan, foto, dan video) dan membagikan pengalamannya tentang Jalur Rempah. Setiap konten dari kontributor adalah tanggung jawab kontributor sepenuhnya.

Bagikan:

Artikel Populer

Pengaruh Bangsa Asing dalam Ragam Motif Wastra Etnis Betawi

5 Januari 2023

Pesisir Utara Jawa dalam Catatan sebagai Simpul Jalur Rempah Nusantara

3 Maret 2023

Loji Pulau Cingkuk & Perdagangan Rempah di Pesisir Minangkabau Zaman Kompeni

24 Februari 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Loji Pulau Cingkuk & Perdagangan Rempah di Pesisir Minangkabau Zaman Kompeni

admin

24 Februari 2022

...

Kehangatan Rempah, Jembatan Akulturasi Budaya

admin

12 April 2022

...

Pulau Onrust: Bengkel, Pemukiman, dan Orang Sakit

admin

27 Desember 2020