Artikel

Perbedaan Jalur dan Jaringan dalam Perdagangan Rempah

admin| 6 Desember 2020

Perdagangan rempah pada masa lalu memegang peranan penting dalam peradaban dunia. Rempah pernah menjadi komoditas yang mampu menggerakan sejarah, sekaligus mengubah peta dunia. Rempah dipandang bukan hanya sebagai produk dagang, tetapi juga menjadi simbol tertentu dalam budaya dari berbagai masyarakat di dunia.

Begitu sulitnya mendapatkan rempah pada waktu itu, membuat rempah semakin dipandang memiliki kekuatan magis yang bisa berfungsi sebagai obat, pengawet, alat upacara keagamaan, hingga bumbu masak. Tak heran apabila rempah menjadi sesuatu yang diperebutkan oleh banyak bangsa. 

Rempah yang pada awalnya sebagai komoditas ini kemudian menciptakan adanya interaksi antarpedagang dari berbagai penjuru, yang di dalamnya terjadi pertukaran pengetahuan, budaya, agama, dan pengalaman. Rempah yang menjadi alat niaga menjelma sebagai ruang pertemuan antarmanusia lintas bangsa, sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya yang mempertemukan berbagai ide, konsep, gagasan, hingga identitas. 

Dalam perdagangan rempah pula, lahir sebuah jalur serta jaringan yang terbentuk akibat interaksi yang terjadi karenanya. Jalur dan jaringan merupakan dua hal yang berbeda. Belakangan, keduanya sering disebut-sebut seiring dengan “Jalur Rempah” sebagai jalur budaya, hendak diusung dan diajukan sebagai warisan dunia ke UNESCO. Lantas, apa perbedaan dari keduanya?

Sejarawan sekaligus Guru Besar Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, dalam webinar berjudul Jalur dan Jaringan: Rempah-Rempah Menghangatkan Dunia, (24/7), mengatakan bahwa perdagangan rempah pada masa lalu tidak hanya membentuk sebuah rute atau jalur, tetapi juga melahirkan sebuah jaringan. 

Kala itu, rute atau jalur lahir karena adanya supply dan demand antara satu wilayah dan wilayah lain. Oleh karena penawaran dan permintaan dibatasi dengan ruang, maka supplier dan demander membutuhkan rute atau jalur tertentu untuk memindahkan komoditas sehingga bisa diterima oleh pembeli. 

Keberadaan jalur pada masa itu berfungsi untuk memindahkan komoditas, dalam hal ini rempah, dari satu wilayah ke wilayah lain sesuai dengan mekanisme supply dan demand di dalam perdagangan. Inilah yang mendorong terbentuknya rute atau jalur perdagangan.

Jalur rempah dengan segala kompleksitasnya menghasilkan warisan budaya yang kasat mata atau bersifat fisik, di antaranya: kapal, pelabuhan-pelabuhan kuno, benteng dan bangunan-bangunan kuno, serta warisan dari tradisi yang terkait dengan kuliner dan rempah. 

Dalam perdagangan rempah, jalur itu sendiri kemudian menimbulkan adanya jaringan. Berbeda dengan jalur perdagangan yang berarti rute maupun titik-titik perlintasan secara fisik, jaringan adalah sesuatu yang tak kasat mata. Jaringan merupakan aspek sosial budaya yang terjadi akibat pertukaran komoditas yang melibatkan mitra dagang dari lintas bangsa. 

Jaringan juga sangat penting dalam menentukan produksi dan distribusi dari perdagangan rempah pada waktu itu. Jaringan meninggalkan jejak budaya atau jejak keterhubungan antarbudaya berupa formasi sosial. Dalam kaitannya dengan UNESCO, hal ini diklasifikasi sebagai warisan budaya takbenda atau UNESCO Intangible Cultural Heritage. Pada akhirnya, antara jalur dan jaringan adalah dua hal yang saling berkaitan. Keduanya menjadi bagian penting yang lahir akibat dari perdagangan rempah-rempah. 

 

Sumber: 


Webinar Jalur dan Jaringan: Rempah-Rempah Menghangatkan Dunia, 24 Juli 2020, paparan Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono.


Naskah: Tiya S.

Editor: Doni Ahmadi

Bagikan:

Artikel Populer

Pelabuhan Tua Kalimas Surabaya, Kisah Menarik si Pelabuhan Rakyat

24 Januari 2021

Hari Ketiga Pelayaran, Laskar Rempah Dapatkan Materi (Cara) Bertahan di Laut

3 Juni 2022

Kembalinya Rempah-Rempah Tradisional pada Kehidupan Masyarakat di Masa Pandemi

5 April 2022

Artikel Terbaru

Telusuri Kekayaan Historis dan Budaya Kepulauan Selayar, Muhibah Budaya Jalur Rempah Kembali Digelar

24 November 2023

Ajak Nelayan Jaga Keberlangsungan Laut, Kemendikbudristek Gelar Lomba Perahu Layar Tradisional

24 September 2023

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

24 September 2023

Artikel Terkait

...

Kembalinya Rempah-Rempah Tradisional pada Kehidupan Masyarakat di Masa Pandemi

admin

5 April 2022

...

Antusias 140 Nelayan Adu Cepat dalam Lomba Perahu Layar Tradisional dan Upaya Regenerasi ke Anak Cucu

admin

24 September 2023

...

Kepulauan Sunda Kecil, Titik Singgah Perbekalan Pedagang Timur & Barat

admin

24 Oktober 2020