Artikel

Lasem, Kota Bandar di Pesisir Utara Jawa Abad 14 Masehi

Muhammad Nabil Fahmi| 28 Maret 2023

Memasuki abad 15 M, aktivitas perdagangan internasional di Nusantara yang telah berlangsung selama ratusan tahun kian ramai disinggahi para pedagang dari berbagai negeri. Sebuah era yang diistilahkan Anthony Reid sebagai era niaga (age of commerce) ini ditandai dengan terjadinya ledakan perdagangan rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala serta komoditas-komoditas perdagangan lainnya, di mana gugusan kepulauan Nusantara menjadi pusatnya.

Dengan semakin masifnya perdagangan rempah internasional, masyarakat dan kota-kota bandar di daerah pesisir menjadi negeri-negeri yang makmur. Bahkan, kemakmuran dan pengaruh sosial politik regional kerajaan-kesultanan Nusantara pada masa itu disamakan dengan kemakmuran negeri-negeri muslim Arab dan Cina. 

Kota-kota di pesisir pun bertransformasi menjadi pusat-pusat peradaban dan melting point berbagai etnis dan umat beragama yang beragam. Salah satunya adalah Lasem, sebuah kota bandar kuno di pesisir Kabupaten Rembang. Eksistensi Lasem sebagai pusat aktivitas bahari masyarakat sekitarnya dapat diketahui sejak abad 14 M. Pada masa itu, Pelabuhan Regol dan Pelabuhan Kaeringan yang ada di Lasem menjadi pelabuhan-pelabuhan utama Kerajaan Majapahit.

Sebagai vasal Majapahit, Lasem dan pelabuhan-pelabuhannya menjadi pilar utama perekonomian negara. Sebagai kerajaan agraris-bahari, keberadaan pelabuhan (bandar) sangatlah penting sebagai pusat perdagangan regional-internasional yang dapat memasarkan hasil komoditas kerajaan ke wilayah Nusantara lainnya, maupun bangsa-bangsa di dunia.

Eksistensi historis Lasem ini dapat dijumpai dalam sejumlah manuskrip, seperti Kakawin Negarakertagama, Pararaton, Babad Tanah Jawa, dan sebuah teks historiografi lokal berjudul Carita Sejarah Lasem.

Menariknya, jauh sebelum era Kerajaan Majapahit dan era niaga, jejak kebudayaan bahari yang jauh lebih tua juga dapat dijumpai di Desa Punjulharjo, tidak jauh dari Lasem, Rembang. Hal ini bisa dilihat dari Situs Perahu Kuno Punjulharjo yang ditemukan tahun 2008 silam, diklaim sebagai situs perahu kuno terlengkap di Asia Tenggara. Meskipun tetap membutuhkan penelitian lebih lanjut, keberadaan Situs Perahu Punjulharjo menjadi bukti bahwa daerah di sekitar situs, yang kini berupa daratan, dulunya merupakan pelabuhan tempat perahu-perahu ditambatkan. Pasca menjadi sebuah kadipaten yang otonom, Lasem tetap menjadi kota bandar yang ramai di masa berkuasanya Kesultanan Demak Bintoro, yang kemudian dilanjutkan Pajang dan Mataram.

Sekalipun bukan daerah utama penghasil rempah, Lasem tetap disinggahi para pedagang regional-internasional. Dengan kekayaan komoditas kayu jatinya, Lasem menjadi pusat galangan kapal yang masyhur di Nusantara. Para pedagang juga singgah untuk mendapatkan komoditas lainnya, seperti beras dan madu. Terlebih pada masa itu umumnya pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara Jawa adalah emporium yang menyediakan sekaligus komoditas-komoditas yang beragam. 

Lasem pun bertransformasi menjadi “pelabuhan antara/perantara” yang diminati para pelaut sembari menunggu perubahan musim pelayaran yang dibutuhkan untuk berlayar. Dengan alamnya yang indah, para pelaut dan saudagar dapat beristirahat sambil tetap melakukan aktivitas perdagangan maupun melakukan perbaikan kapal-kapalnya. Alhasil, banyak pedagang asing yang menetap, membangun pemukiman dan membaur, serta melakukan kontak budaya dengan masyarakat setempat. Lasem juga menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam yang ramai didatangi para santri dan masyarakat dengan hadirnya Mandala (pesantren) Sunan Bonang di Desa Bonang Lasem. 

Hingga kini, sejumlah situs bersejarah, seperti galangan kapal, masjid, kelenteng, dan pemukiman pecinan masih dapat disaksikan dan menjadi saksi bisu sejarah kejayaan perdagangan rempah di Lasem. Terlebih di tahun 2022 ini, revitalisasi Kota Pusaka telah dirampungkan yang tentunya kian menambah nilai estetis dan menjaga keberlangsungan kawasan cagar budaya Lasem. 

Selain benda dan bangunan bersejarah, multikulturalisme dan praktik toleransi beragama yang hingga kini terpelihara antarumat beragama di Lasem juga menjadi bukti hidup warisan kehidupan masyarakat yang kosmopolitanisme di Jalur Rempah Nusantara. Warisan harmoni keberagaman yang dipraktikkan masyarakat Lasem ini tentunya dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi muda Indonesia. 

 

_________

Sumber Referensi

Kamzah, Raden Panji, dan Raden Panji Karsono. Dongeng Rakyat Carita Sejarah Lasem. Edited by Edi Winarno. Rembang: Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Rembang, 2012.

Lapian, Adrian B. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad Ke-16 dan 17. Depok: Komunitas Bambu, 2017.

Park, Hyunhee. Mapping the Chinese and Islamic Worlds: Cross-Cultural Exchange in Pre-Modern Asia. New York: Cambridge University Press, 2012.

Reid, Anthony. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jilid 2 Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020.

Riyanto, Sugeng, Agni Sesaria Mochtar, Hery Priswanto, Alifah, and Putri Novita Taniardi. Lasem Dalam Rona Sejarah Nusantara: Sebuah Kajian Arkeologis. Edited by Novida Abbas. Yogyakarta: Balai Arkeologi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2020.

_________

Ditulis oleh Muhammad Nabil Fahmi, nabilfahmimuhammad@gmail.com

Editor: Dian Andika Windah & Tiya S.

Sumber gambar: Desa Bonang, een Javaans visserdorp, bij Lasem ten oosten van Rembang, Leiden University Libraries.

Konten ini dibuat oleh kontributor website Jalur Rempah.
Laman Kontributor merupakan platform dari website Jalur Rempah yang digagas khusus untuk masyarakat luas untuk mengirimkan konten (berupa tulisan, foto, dan video) dan membagikan pengalamannya tentang Jalur Rempah. Setiap konten dari kontributor adalah tanggung jawab kontributor sepenuhnya.

Bagikan:

Artikel Populer

Pengaruh Perdagangan Rempah dan Akulturasi Budaya dalam Rasa Rendang

3 Januari 2023

Rempah sebagai Sumber Pengobatan Lokal: Fasal Obat dalam Pengetahuan Lokal Naskah Kuno “Ramalan tentang Gempa, Obat, Doa, Azimat”

12 Oktober 2022

Lasem, Kota Bandar di Pesisir Utara Jawa Abad 14 Masehi

28 Maret 2023

Artikel Terbaru

Hikayat Saudagar Lada Lampung

29 Juli 2024

Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 Sukses Menyusuri Tujuh Titik Jalur Rempah Indonesia Bagian Barat dan Malaysia

15 Juli 2024

MBJR Bersama KRI Dewaruci Singgah di Kota Melaka, Perkuat Konektivitas Kultural Indonesia-Malaysia

1 Juli 2024

Artikel Terkait

...

Lasem, Kota Bandar di Pesisir Utara Jawa Abad 14 Masehi

Muhammad Nabil Fahmi

28 Maret 2023

...

Yang Ditinggalkan Portugis: Jejak Bangsa Dunia di Nusantara

admin

22 Februari 2022

...

Gigi Balang: Jejak Budaya Melayu di Tanah Betawi

Mohammad Resyad G. M.

28 September 2022